(Yesaya 62:1-5)
Janji tinggal janji. Mungkin kalimat inilah yang sedang menguasai pikiran bangsa Israel yang sedang menantikan janji pemulihan Tuhan atas umat pilihan-Nya. Mereka sudah sering mendengar janji Tuhan dari para nabi Allah yang akan membawa keselamatan dan pemulihan bagi Israel. Namun sampai hari itu, mereka tidak melihat tanda-tanda Tuhan sedang menepati janji-Nya. Bangsa Israel tetap menderita, bahkan Yerusalem, kota kebanggaan dan identitas bangsa, sedang mengalami kehancuran. Nabi Yesaya pun menggambarkan kondisi bangsanya ini seperti seseorang yang ditinggalkan suaminya, dan keadaan sunyi tanpa kehidupan di dalamnya (ay. 4).
Dalam menantikan pemenuhan janji ini, kemungkinan besar ada dua respons orang Israel. Mereka akan menantikan pemenuhan janji Allah ini secara aktif atau menantikannya secara pasif. Secara aktif artinya umat akan terus berharap dan memohon pemulihan Tuhan datang segera, sekaligus mereka bertobat dan semakin hidup benar seturut firman Allah. Sebaliknya, secara pasif berarti orang Israel tidak melakukan apa-apa karena toh Tuhan pasti menyatakan janji-Nya, atau lebih parahnya lagi mereka akan menjadi pahit kepada Tuhan yang “terlalu lama” menepati janji-Nya. Jika memilih menanti secara pasif, maka itu akan membuat hati mereka semakin dingin dan menjauh dari Tuhan. Di sinilah Yesaya, sang nabi Allah, berusaha untuk membangkitkan pengharapan bangsa Israel kepada Tuhan dan pemulihan-Nya.
Nabi Yesaya berkata kalau dia tidak bisa hanya berdiam diri melihat kehancuran bangsanya. Dia tidak akan tinggal tenang sampai bangsanya mendapat pemulihan Allah (ay. 1). Yesaya memilih menantikan janji Tuhan itu secara aktif, dengan terus berdoa memohon kepada Tuhan, sekaligus mengajak umat berbalik kepada Tuhan. Sang nabi percaya bahwa suatu saat kemuliaan Israel akan kembali bersinar di atas bangsa-bangsa dan mereka akan menjadi umat kesayangan Allah kembali (ay. 2-5). Yesaya mengimani bahwa Allah bukanlah Pribadi yang terus mendendam, namun suatu saat Ia akan kembali bergirang atas umat-Nya.
Dari bagian firman Tuhan ini kita belajar bahwa Allah adalah Pribadi yang setia dan penuh kemurahan. Seburuk dan sejahat apapun kita di hadapan-Nya, tapi apabila kita sungguh-sungguh bertobat dan berusaha melakukan firman Tuhan, maka Ia pasti mengampuni kita dengan curahan darah Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. Pengampunan-Nya membutuhkan pengorbanan yang begitu mahal harganya. Karena itu, tetaplah setia kepada Allah dan seperti nabi Yesaya, jadilah komunitas dari orang beriman yang saling mengingatkan, menerima, dan mendorong saudara seiman kita untuk terus hidup di dalam firman Allah. Kiranya Tuhan menolong komunitas Gereja Kristus Ketapang untuk menanti janji pemulihan Allah, serta menghidupi firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Dibuat oleh: Sdri. Paula Ch. Mulyatan