Lukas 6:27-36
Inti dari khotbah ini adalah kebutuhan akan kasih. Tuhan Yesus menekankan bahwa para murid-Nya harus mengasihi yang tidak menyenangkan dan juga yang menarik bagi mereka. Ada beberapa kata untuk “Kasih” dalam bahasa Yunani. Yesus tidak meminta kasih “storge” (kasih alami seperti kasih orang tua terhadap anak-anaknya) atau “eros” (kasih romantis, kasih asmara), juga tidak meminta kasih “philia” (kasih persahabatan dan tidak ada hubungan saudara). Tuhan Yesus sedang berbicara tentang kasih “agape” yaitu sebuah kasih yang mampu mengasihi meski di keadaan yang tidak menyenangkan; kasih yang tidak berdasarkan pada perbuatan dari yang dikasihi, melainkan berasal dari kenyataan bahwa sang kekasih memilih untuk menjadi orang yang penuh kasih. Orang yang mengasihi pasti memberi, namun orang yang memberi belum tentu mengasihi.
Dalam Matius 5:43, Tuhan Yesus mengutip pemahaman mereka mengenai “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu”, dan Yesus memberi pengajaran yang melampaui itu. Ia mengajarkan para murid untuk tidak bersikap selektif dalam mengasihi. Mereka harus mengasihi sesamanya, termasuk memberi berkat dan berdoa bagi musuh-musuh (Luk. 6:28). Itulah yang diinginkan TUHAN, yaitu memperluas lingkup kasih kita. Bagi para murid dan para pendengar khotbah Tuhan Yesus pertama kali, kata-kata seperti ini pasti terdengar aneh. Mungkin langsung terlintas di benak mereka: “Bukankah bangsa Romawi harus ditentang, serta pantas dibenci dan disakiti? Bagaimana mungkin bisa berbuat baik, bahkan memberkati dan mendoakan mereka?” Bagi mereka yang memiliki kecenderungan nasionalistis yang kuat, ajaran Yesus benar-benar mengejutkan dan sulit diterima dengan akal.
Pengajaran ini mungkin bisa disebut sebagai Cinta Radikal atau Cinta Revolusioner. Di saat orang lain mengutuki orang-orang yang menyakitinya, para murid Kristus diajarkan untuk memberkati para musuh. Bahkan ketika para pengikut Kristus ditampar pipi yang satu dan diambil jubahnya, mereka diajarkan untuk tidak membalas dengan cara yang sama. Mereka malah memberikan pipi yang satunya lagi dan memberikan sekalian bajunya (6:29). Ajaran Tuhan Yesus ini sungguh berbeda dengan pengajaran dunia. Ini bukan level dunia dan level kemanusiaan semata, melainkan level ilahi. Memberi tanpa harap kembali, bahkan di saat hati tersakiti. Inilah kasih agape, kasih Tuhan Yesus.
Apa dasar dari kasih agape tersebut? Allah itu sendiri. Sang Bapa yang Maha pemurah yang memberikan Anak-Nya yang Tunggal bagi manusia berdosa, sehingga relasi antara Allah dan manusia mampu dipulihkan. Relasi yang penuh kasih dan anugerah inilah yang perlu diperlihatkan oleh anak-anak Tuhan kepada dunia. Allah yang tak pernah membedakan-Nya dengan memberikan sinar matahari, hujan, waktu tanam dan panen kepada semua orang, baik yang mengasihi Dia maupun membenci-Nya. Dan kasih seperti seorang ayah kepada anak-anaknya. Karena itu, kualitas-kualitas kasih yang terlihat dalam diri Bapa adalah kualitas-kualitas kasih yang harus dijadikan tujuan oleh kita untuk memuliakan nama Bapa melalui hidup kita. Amin.
Dibuat oleh: Pdt. Adma H. Tantra