Kisah Para Rasul 16:16-34
Bacaan kita kali ini menceritakan tentang Paulus dan Silas yang telah mengalami konsekuensi dari memberitakan Injil. Alkitab menceritakan bahwa mereka berkali-kali didera dan dilemparkan ke dalam penjara di Filipi. Begitu besarnya hukuman yang ditimpakan kepada mereka, walaupun tanpa diadili, hingga mereka diberikan pengawalan khusus. Kepala penjara sampai terancam nyawanya, jika Paulus dan Silas lari dari tahanan itu. Penjagaan yang diberikan kepada mereka sama seperti penjagaan untuk tahanan berbahaya yang mempunyai kekuatan memberontak. Jika kita melihat dari perspektif manusia, penderitaan yang dialami Paulus dan Silas begitu berat. Tetapi jika kita lihat dari perspektif Tuhan, ternyata Ia memakai semua ini dengan maksud mempertobatkan sebuah keluarga, yaitu keluarga dari kepala penjara.
Pada waktu tengah malam, suatu kejadian luar biasa terjadi di dalam penjara. Di tengah-tengah penderitaan yang ada, Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dengan sukacita, dan Tuhan memberikan gempa dan membuka belenggu mereka. Tidak ada belenggu apa pun yang dapat menghentikan berita Injil. Akan tetapi hal menarik tercatat di ayat 28 bahwa Paulus dan Silas tidak keluar dari penjara itu. Mengapa bisa begitu? Mengapa mereka tidak segera lari keluar selagi ada kesempatan? Jawabannya adalah karena mereka tidak boleh membiarkan seluruh orang Filipi menganggap mereka sebagai tahanan. Paulus dan Silas berada dalam keadaan difitnah sebagai penjahat keji dengan penjagaan penjara maksimal. Jika mereka keluar begitu saja, hal ini tentu akan membuat seluruh orang Filipi mencurigai mereka sebagai pelaku kejahatan yang besar. Hal ini tentu akan membuat mereka menolak kekristenan. Pemberitaan Injil akan dihina dan nama Kristus yang akhirnya terkena dampak.
Atas hal itulah Paulus dan Silas tidak mau pergi meninggalkan penjara itu begitu saja. Mereka menginginkan pengadilan yang adil dan ingin membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Tetapi, jika mereka memang tidak boleh meninggalkan penjara itu demi Injil dapat diberitakan dengan tidak disalah mengerti, mengapakah Tuhan mengirimkan gempa, membongkar pintu penjara, dan melepaskan belenggu Paulus dan Silas? Tuhan melakukan itu supaya kepala penjara beserta keluarganya mendengar berita Injil. Betapa besarnya perhatian Tuhan kepada kepala penjara yang nyawanya hanya sebesar kemampuannya mempertahankan para tahanan di penjara ini. Tuhan tidak melakukan tindakan besar ini untuk memanggil pemimpin-pemimpin kota, atau orang-orang penting dari kerajaan Romawi. Tuhan hanya memanggil seorang kepala penjara yang hidup matinya tidak lebih penting dari tahanan yang harus dia jaga.
Setelah kepala penjara dan seluruh keluarga itu bertobat dan menerima Tuhan Yesus, dalam ayat 34 mengatakan bahwa dia begitu bergembira karena sekarang telah percaya kepada Allah. Inilah orang-orang yang bersukacita karena telah menerima berita Injil. Tuhan memberikan kesempatan ini kepada orang-orang Yahudi, tetapi banyak dari mereka yang menolak Tuhan, dan karena itu gagal mengalami sukacita besar seperti kepala penjara ini. Tidak sedikit juga ada orang-orang yang mengabaikan berita ini karena telah nyaman dengan keadaan hidupnya yang lama (ay. 19-20). Orang-orang seperti ini akan sangat marah kalau keuntungannya diambil atau dikurangi. Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan kesenangan sendiri. Dengan demikian berita Injil pun tidak menjadi bagian yang dapat mereka nikmati.
Paulus tidak mengenal dan tidak memberikan fokus apa pun dalam pelayanannya kepada kepala penjara ini. Tetapi Tuhan membuat keadaan yang menuntut Paulus berespons dengan cepat untuk memberitakan Injil kepada orang ini. Inilah yang disebut oleh Paulus sebagai kesiapan memberitakan Firman di dalam waktu apa pun (2Tim. 4:2). Tuhanlah yang mengetahui siapa milik-Nya yang akan Dia pertobatkan, bukan kita. Mungkin kita tidak kenal orang-orang yang ada di sekitar kita. Petugas polisi, satpam, orang-orang di pasar, atau di mana pun. Orang-orang yang tidak kita kenal biasanya tidak membuat kita terlalu memerhatikan kehidupan mereka. Akan tetapi bagaimana jika salah satu dari orang-orang itu ternyata akan Tuhan pertobatkan—orang-orang yang Tuhan pilih, perhatikan, dan panggil? Dia mengasihi orang itu dan akan mengatur hingga Injil sampai kepada orang itu. Ketika tiba waktunya Tuhan akan mempertobatkan orang-orang itu dengan memakai kita sebagai pengabar Injil, apakah kita siap melakukannya? Bukankah sangat mungkin kalau orang-orang yang kita temui sehari-hari, yang keadaan hidupnya, ataupun pergumulannya tidak kita ketahui sama sekali, ternyata adalah orang-orang yang Tuhan akan panggil? Ketika saatnya tiba bagi kita untuk memperkenalkan Kristus, biarlah kita peka dan tidak mengabaikannya.
Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita semua untuk membawa berita itu bagi sesama kita. Amin. Soli Deo Gloria!
Dibuat oleh: Sdr. Yoses Setiawan