2 Raja-raja 2:1-18
Kata “estafet” biasa dikaitkan dengan lomba lari beregu di mana tiap anggotanya wajib untuk menyelesaikan satu tahapan dalam lomba dan menyerahkan tongkat estafet pada rekan lainnya agar dapat melanjutkan dan menyelesaikan lomba itu sampai garis akhir. Dalam lingkup pelayanan seperti bacaan firman Tuhan hari ini, ternyata juga ditemukan pola yang sama dengan gambaran di atas. Pelayanan Elia akan segera berakhir dan tongkat estafet pelayanannya itu tampaknya akan diserahkan kepada Elisa. Lalu, apa yang dapat kita renungkan tentang penyerahan pelayanan dari Elia ke Elisa dalam 2 Raja-raja 2:1-18 ini?
Pertama, ada waktu untuk memulai, ada waktu untuk mengakhiri.
Elia sudah tahu bahwa Tuhan akan segera mengangkatnya ke sorga (ay. 10) dan Elisa pun juga tahu (ay. 3,5). Dan itu berarti pelayanan Elia akan segera berakhir, sekaligus dimulainya pelayanan Elisa yang menggantikannya agar pelayanan yang ditinggalkan Elia dapat dilanjutkan. Suksesi pelayanan dari Elia ke Elisa yang tanpa konflik dan kekerasan serta tidak perlu dibujuk-bujuk inilah yang patut diteladani. Mengapa bisa begitu? Karena keduanya mengerti bahwa segala sesuatu ada waktunya yang ditetapkan Tuhan, sehingga ketika waktunya tiba untuk memulai (melanjutkan) pelayanan hal itu patut direspons dengan sukacita, serta sebaliknya berbesar hati ketika memang sudah waktunya untuk mengakhiri.
Kedua, ada kandidat, tapi apakah ada penyertaan Tuhan?
Jika dicermati, pengangkatan Elia ke sorga tidak berarti tidak meninggalkan persoalan. Umat Tuhan tetap butuh figur pemimpin rohani, tetapi masalahnya siapa yang akan menggantikan Elia? Meski suksesi pelayanan dari Elia ke Elisa terlihat lancar dan mulus, itu karena yang dilihat hanya hasil akhirnya dan bukan prosesnya. Padahal ada fakta menarik tentang sebelum terjadinya suksesi itu, misalnya: mengapa Elia tidak pernah bicara atau menawarkan Elisa untuk menjadi pengganti dirinya? Jawabannya ialah karena Elia sangat paham bahwa meski Elisa nampaknya adalah kandidat satu-satunya tetapi keputusannya ada di tangan Tuhan. Demikian juga dengan jawaban Elia atas permintaan Elisa serta alternatif yang diberikan Elia pada Elisa (ay. 10), semua itu menunjukkan bahwa Tuhan saja yang berkuasa mengabulkan dan berhak memilih serta memutuskan siapa yang akan jadi pengganti dirinya. Dan nyatanya memang Elisa yang dipilih Tuhan dan diteguhkan melalui tanda-tanda penyertaan Tuhan atas Elisa (ay. 12, 14-15). Regenerasi pekerja Tuhan secara struktural dalam gereja adalah sebuah keniscayaan. Meski ketersediaan dan kerelaan calon pekerja Tuhan masih jadi pergumulan GKK, namun kiranya hal itu tidak membuat GKK jadi “asal” dan mengabaikan pilihan Tuhan atas pekerja-pekerja-Nya.
Dibuat oleh: Pdt. Widianto Yong