Yohanes 12:12-19
Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,
Raja Israel!”
Ketika memasuki Yerusalem, Yesus dielu-elukan, disanjung dan dipuji. Mengapa mereka mengelu-elukan-Nya? Layakkah Yesus menerima pujian selayaknya seorang raja yang menerima pujian, sorak-sorai dari rakyat dan orang yang mengikutinya. Dalam peristiwa sebelumnya Yesus membuat mukjizat luar biasa, yaitu Lazarus dibangkitkan dari kematian. Peristiwa ini melatarbelakangi mengapa Yesus dianggap layak menjadi pemimpin dan raja, yang layak untuk dipuji dan dielu-elukan. Siapa yang tidak senang dengan pujian?
Secara manusia, tentunya itu menyenangkan. Seruan hosana penuh sukacita adalah ucapan selamat datang bagi seorang raja dan pengharapan kemakmuran bagi kerajaan-Nya yang akan datang. Arti yang tepat dari hosana adalah seperti dalam Wahyu 7:10, yaitu keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba.
Yesus memang harus dimuliakan dan ditinggikan. Tetapi bukan melalui pujian karena manusia melihat kehebatan, kepintaran dan keperkasaan-Nya. Dalam waktu yang tidak begitu lama mereka juga menghina dan bersorak “Salibkan Dia, Salibkan Dia!” Sungguh ironis, bukan?
Anak Manusia memang harus ditinggikan dan dimuliakan, tetapi bukan menurut pujian dan cara-cara pengagungan dunia. Anak manusia harus menderita, ditolak dan mati. Yesus tidak takabur dengan pujian dan melarikan diri dari penderitaan, melainkan Ia merangkul penderitaan dengan ketaatan sampai mati yang menjadi puncak misi kedatangan-Nya. Bahwa tugas kedatangan-Nya adalah kematian yang menjadi tebusan bagi banyak orang. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Ketika melihat Yerusalem, Yesus menangisinya sebagai ungkapan hati dan kasih-Nya yang ditolak oleh umat-Nya. Umat tidak memahami misi kedatangan-Nya, sehingga kasih dan pengorbanan disia-siakan begitu saja oleh umat. Ibrani 5:7-8 mencatat “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.” Hanya melalui penderitaan dan kematian Yesuslah, cawan murka Allah berhenti atas umat manusia.
Raja yang dielu-elukan adalah Raja yang dihina dunia dan akan menderita mati disalibkan. Salib yang dianggap kelemahan bagi dunia, tetapi menjadi kekuatan yang menyelamatkan. Sejarah kekristenan membuktikan bahwa hanya melalui kematian akan datang kehidupan dan hanya melalui pelayanan akan datang kebesaran. Biji gandum yang tidak jatuh dan mati ke tanah akan tetap menjadi satu biji saja. Tetapi jika ia jatuh dan mati, ia akan tumbuh kembali dan akan menghasilkan banyak buah.
Dibuat oleh: Pdt. Slamet Triwahono