Lukas 9:46-48; 22:25-27
Memperhatikan kedua bagian firman Tuhan yang menjadi perenungan kita pada minggu ini, nampaknya terjadi dalam dua peristiwa yang berbeda. Pada pasal 9 pertengkaran terjadi pada para murid tentang siapa yang terbesar di antara mereka, ketika peristiwa sebelumnya Tuhan Yesus melakukan mukjizat yang membuat orang banyak terheran-heran, kemudian Tuhan Yesus menyampaikan bahwa Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia ( Luk. 9:44). Murid-murid tidak mengerti maksud Tuhan Yesus, mereka begitu kagum dengan hal ajaib yang dilakukan Yesus dan membayangkan kedudukan yang tinggi jika Kristus Sang Mesias menjadi raja secara politis.
Demikian halnya dalam pasal 22, pertengkaran terjadi oleh karena keinginan yang sama, mereka mau menjadi yang terbesar dari antara murid-murid Yesus, peristiwa ini terjadi pada waktu perjamuan makan malam ketika mereka mendengar perkataan Tuhan Yesus bahwa Anak manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan. Mereka mulai mempersoalkan siapa yang dianggap terbesar di antara mereka. Sangat mudah dipahami bahwa ada motif yang keliru serta keinginan akan: kedudukan, jabatan, kehormatan serta menjadi pemerintah dan penguasa secara politis. Murid-murid telah gagal memahami tujuan kedatangan Mesias yang adalah Juruselamat manusia berdosa.
Selanjutnya, Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-murid apa artinya menjadi pengikut Kristus. Dalam pasal 9, Ia memakai ilustrasi seorang anak kecil. Dalam konteks dunia politik, seorang anak kecil tidak memiliki kedudukan sebagai yang terbesar dalam masyarakat dan tentu melambangkan yang terkecil tetapi Tuhan Yesus menempatkan di sampingnya, serta menyatakan bahwa “barang siapa menyambut anak kecil dalam nama-Ku ia menyambut Aku.” Dalam pasal 22, Tuhan Yesus menyampaikan realita raja-raja dengan kekuasaannya mereka memerintah, sebaliknya pengikut Kristus dipanggil bukan untuk menjadi penguasa tetapi untuk menjadi pelayan. Istilah pelayan diterjemahkan dari kata Yunani diakonos yang memberikan penekanan pada orang yang melakukan sesuatu tanpa pamrih untuk membantu orang lain. Selanjutnya Yesus menegaskan, bahwa Ia yang adalah Mesias pun tidak datang untuk dilayani melainkan melayani.
Bagian firman Tuhan ini sedang mengajak kita untuk melayani dan mengikuti Tuhan dengan tujuan yang murni serta hati tulus, bukan mengejar kehormatan atau menjadi yang terbesar, menjadi seperti penguasa yang memerintah dan lain sebagainya, tetapi melakukan tugas pelayanan bersama-sama sebagai pengikut Kristus. Sebab demikianlah teladan Kristus, “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28).
Dibuat oleh: Pdt. Dennie Olden Frans