
2 Tesalonika 3:7-13
Dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika, rasul Paulus menegaskan pentingnya keteladanan dalam bekerja. Ketika ia dan rekan-rekannya tinggal bersama jemaat, mereka tidak hidup bermalas-malasan. Sebaliknya, mereka bekerja keras siang dan malam agar tidak menjadi beban bagi siapa pun (ay. 7-8). Sebagai rasul, Paulus sebenarnya berhak untuk menerima dukungan secara materi. Akan tetapi ia memilih untuk tidak menggunakan hak tersebut. Hal ini dilakukan olehnya bukan karena gengsi, sungkan atau takut merepotkan, melainkan ia ingin agar hidupnya menjadi teladan bagi jemaat. Pelayanan yang dilakukan oleh Paulus bukan sekadar ucapan, melainkan hidup yang mencerminkan nilai-nilai Injil. Ketekunan dan kedisiplinan dalam bekerja menjadi bukti nyata bahwa iman itu justru harus terlihat di dalam tindakan kita
Sikap yang diperlihatkan oleh Paulus ini sangat relevan bagi kita hari ini. Dunia ini menilai kekristenan bukan hanya dari apa yang kita katakan, tetapi juga dari cara kita hidup—dalam hal ini ialah mengenai tanggung jawab. Apakah sebagai orang Kristen kita menunjukkan semangat kerja yang baik? Apakah hidup kita menghidupi Injil atau justru malah mencemari kesaksian Injil? Di dalam ayat 10-11, Paulus menyampaikan teguran yang sangat tegas terhadap mereka yang tidak mau bekerja. Ia mengatakan, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Ini bukanlah sebuah pernyataan yang kejam, melainkan sebuah prinsip mengenai tanggung jawab. Paulus menyoroti mereka yang di dalam hidupnya tidak tertib, tidak bekerja, tetapi justru sibuk mencampuri urusan orang lain. Hal inilah yang dikatakan oleh Paulus “… sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.”
Saudara-saudara, kemalasan itu bisa berdampak luas. Seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab pribadi biasanya cenderung menjadi “pengganggu” di dalam sebuah komunitas. Alih-alih orang tersebut memberikan kontribusi yang baik, ia justru malah bisa menyulut konflik. Hal ini tentu sangat membahayakan keharmonisan jemaat. Mungkin saja pada hari ini kita melihat gejala yang serupa di sekitar kita. Atau mungkin saja, jika kita dapat jujur pada diri kita, kita sendiri pun pernah bersikap demikian. Kita sengaja menghindari tugas, sengaja mengandalkan orang lain, dan terlalu sibuk mengurus urusan orang lain alias kepo. Dalam bagian ini, Paulus mengingatkan dengan jelas bahwa hal semacam itu tidak sesuai dengan hidup orang percaya yang telah ditebus oleh Kristus.
Kemudian pada ayat 12, Paulus seolah memberikan solusi yang jelas: “… supaya mereka tetap tenang dan melakukan pekerjaannya sendiri serta makan makanannya sendiri.” Paulus ingin setiap orang percaya untuk fokus pada panggilan hidupnya, bekerja dengan tekun, tidak perlu mengumbar apa yang dikerjakan, dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Sebagai orang percaya, kita semua dipanggil untuk bertanggung jawab atas hidup yang Tuhan percayakan kepada kita. Hal ini bukan hanya soal pekerjaan formal atau dunia kerja semata, tetapi juga mencakup segala hal yang kita lakukan dalam hidup kita. Kita yang sebagai pelajar, sebagai orang tua, karyawan, pelayan, apa pun peran kita, lakukanlah itu dengan penuh tanggung jawab kepada Tuhan.
Sadarilah bahwa pekerjaan adalah bagian dari ibadah kita kepada Tuhan. Dalam Kejadian 2:15, Allah menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. Maka bekerja itu bukanlah sebuah kutukan, melainkan panggilan yang mulia dari Allah. Dengan kita bekerja, justru kita juga berpartisipasi dalam karya pemeliharaan Allah atas dunia. Rasul Paulus melengkapi nasihat ini dengan kalimat yang sangat menguatkan: “Janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik” (ay. 13). Memang benar, jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh, maka seringkali itu melelahkan. Kadangkala kita bisa tidak dihargai, bahkan mungkin dianggap biasa-biasa saja, sudah seharusnya seperti itu. Akan tetapi, firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menyerah. Kebaikan yang ditabur dengan ketulusan hati pasti tidak akan sia-sia.
Karena itu, mari kita menjadikan hidup kita sebagai kesaksian iman yang mengimani Injil. Jangan sampai kemalasan atau tidak tanggung jawab menjadi batu sandungan bagi orang lain, apalagi yang belum percaya. Sebaliknya, marilah kita meneladani semangat dari Paulus yang bekerja keras, hidup tertib, dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Apapun pekerjaan kita hari ini, marilah kita memuliakan Tuhan di dalamnya. Bekerjalah dengan hati yang tulus, dengan giat, dan dengan kesadaran bahwa pekerjaan kita adalah bagian dari penyembahan kita kepada Tuhan. Seperti Kolose 3:23 yang mengatakan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Soli Deo Gloria! Tuhan Yesus Memberkati.
Dibuat oleh: Bp. Yoses Setiawan Rumende