Habakuk 3:17-19
Nabi Habakuk adalah nabi TUHAN yang melayani di Yerusalem. Nama Habakuk dalam bahasa Ibrani berarti “memeluk atau bergulat.” Jika kita memperhatikan penulisan istilah “nabi” sebelum namanya pada pasal 1:1 dan pasal 3 yang ditulis dalam bentuk nyanyian “menurut nada ratapan” (3:1 dan 3:19b), serta ditujukan kepada pemimpin biduan untuk dinyanyikan umat TUHAN, hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang dari suku Lewi yang secara resmi melayani sebagai nabi TUHAN.
Habakuk melayani pada masa yang sangat sukar. Umat menolak TUHAN dan telah berubah setia. Penindasan, kemiskinan, keserakahan, ketidakadilan, serta penyembahan berhala telah mewarnai kehidupan umat TUHAN. Semua hal ini menjadi beban berat bagi Habakuk. Pergumulan dan pergulatannya tampak dalam istilah pada pasal 1:1 (yang tidak tampak dalam terjemahan Indonesia). Terjemahan KJV menuliskan “The burden which Habakkuk the prophet saw”, “beban yang dilihat oleh nabi Habakuk”. Istilah “beban” diterjemahkan dari kata Ibrani massa’, yang berarti “pikulan yang sangat berat.” Habakuk memikul beban berat karena melihat semua persoalan yang sedang terjadi dalam kehidupan umat TUHAN. Ditambah lagi, ia mengetahui bahwa penghukuman TUHAN akan segera datang melalui bangsa Kasdim (Babel) yang akan menghancurkan Yerusalem dan menawan penduduknya (1:5-10).
Dalam situasi dan kondisi yang sangat berat ini, bagaimana sikap nabi Habakuk menghadapinya? Bagian dari nyanyian Habakuk ini menyatakan kepada kita beberapa hal penting yang diungkapkan dalam nyanyian. Nyanyian iman yang menembus segala batas dan juga menjadi ajaran berharga bagi kita sebagai umat TUHAN.
- Ada pergumulan yang diperhadapkan kepada orang percaya (ay. 17)Ayat 17 menyatakan dengan jelas pergumulan berat yang menyentuh seluruh aspek kehidupan. Dikatakan, “pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, pohon zaitun mengecewakan, demikian juga ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba dan lembu sapi tidak ada dalam kandang.” Masalah ini bukan hanya dialami oleh umat yang hidup dalam dosa, tetapi juga dialami oleh nabi Habakuk yang percaya kepada TUHAN. Mengapa demikian? Karena TUHAN mempunyai maksud yang baik melalui setiap pergumulan yang Ia izinkan terjadi dalam hidup orang percaya.
- Pergumulan tidak meniadakan pujian orang percaya kepada Tuhan (ay. 18) Perhatikanlah ungkapan dalam ayat 17, “sekalipun” semua hal terjadi, tetapi Habakuk tetap memilih sikap yang Ia mengawali kalimat di ayat 18 dengan kata “namun”. Persoalan hidup memang ada, namun hal itu tidak harus membuat anak-anak TUHAN kehilangan iman. Di tengah segala kesulitan, Habakuk tetap memuji TUHAN dan mengakui bahwa TUHAN adalah penyelamat.
- Nyanyian iman menggema dan mewujud dalam sikap dan tindakan yang menembus segala keterbatasan kita sebagai umat TUHAN (ay. 19)
Dalam ayat 19, nabi TUHAN ini menegaskan imannya kepada TUHAN. Nyanyian iman yang menggema di seluruh pasal 3 itu mewujud dalam sikap dan tindakan, yaitu menghadapi setiap pergumulan, betapapun beratnya, dengan keyakinan bahwa TUHAN memberi kekuatan untuk melewatinya. Bersama TUHAN kita pasti bisa!
Pertanyaan sederhana untuk kita renungkan ialah bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memilih untuk tetap memuji TUHAN meski hidup tidak mudah?
Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin!
Dibuat oleh: Pdt. Em. Dennie O. Frans