HIDUP ITU SINGKAT!

HIDUP ITU SINGKAT!

Mazmur 90:7-12

Tidak terasa tiga hari lagi kita akan mengakhiri dan menutup tahun 2025. Ada banyak cerita suka dan duka, pergumulan, tantangan yang terangkai menjadi pengalaman rohani yang mewarnai perjalanan hidup kita sebagai murid Kristus sepanjang tahun 2025 ini. Namun, apa pun dinamika hidup yang kita alami, ada kebenaran yang tidak pernah berubah seperti yang dikatakan Musa dalam doanya di Mazmur 90 bahwa :

A. Hidup yang dijalani itu singkat, terbatas dan akan berakhir dengan kematian dan kita semua pasti akan kembali kepada Allah, Pencipta kita (ay. 3-6).

Kepastian hal ini terungkap dalam frasa “…seribu tahun sama seperti hari kemarin,” “seperti suatu giliran jaga di waktu malam,” dan frasa “di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu”. Lalu, frasa “Engkau mengembalikan manusia kepada debu” menguatkan pemahaman bahwa Allah telah menetapkan suatu waktu tertentu bagi kita dan saat itulah manusia pasti kembali kepada Penciptanya.

B. Hidup yang singkat dan berakhir dengan kematian itu ternyata terkait dengan murka Allah atas dosa-dosa yang diperbuat.

Bukan tanpa alasan jika Musa menyebut berulang kali akan murka, amarah, gemas yang diekspresikan Allah kepada dirinya dan umat-Nya, sehingga yang bisa dibanggakan hanyalah penderitaan dan kesukaran, yang semua itu disebabkan karena kesalahan dan dosa yang diperbuat (ay. 8). Maka di ayat 10, Musa menyebutkan bahwa karena hal itu masa hidup mereka singkat hanya 70 tahun dan jika kuat 80 tahun (bnd. Kej. 3:22, 24). Jika demikian, bagaimana dengan janji hidup kekal bagi yang mengimani Kristus? Janji akan hidup kekal tidak pernah membatalkan kebenaran tentang hidup yang singkat dan kematian yang juga berlaku bagi orang yang percaya. Bedanya di sini ialah kematian orang percaya yang telah ditebus hanyalah kematian secara jasmani bukan kematian secara rohani (bnd. Yoh. 11:25-26).

C. Hidup yang singkat harus dijalani dengan bijaksana.

Jika hidup itu begitu singkat dan kita semua akan kembali kepada Pencipta kita, lalu apa yang harus diperbuat? Di ayat 12, Musa mendorong kita untuk sungguh memikirkan bahwa karena hidup itu singkat, terbatas dan berakhir dengan kematian, maka seharusnya hal itu memotivasi kita untuk jalani hidup dengan bijaksana. Maksudnya, Musa sedang mengajak kita untuk serius “berhitung” atau memikirkan akan tujuan dan makna hidup yang dianugerahkan Tuhan dan bagaimana hidup yang singkat itu dapat memberi dampak yang positif bagi orang di sekeliling kita. Hanya orang yang sungguh memikirkan tentang hidup itu singkat dan kematian itu pasti, maka dialah yang akan menjalani hidupnya dengan bijak dan tidak menyia-nyiakan setiap potensi yang dimilikinya, melainkan memakai waktu, tenaga, pikiran, serta hartanya untuk melayani dan jadi berkat bagi hormat dan kemuliaan Allah.

Amin!

Dibuat oleh: Pdt. Em. Widianto Jong