Author: Admin

SAKSI KEBENARAN ALLAH

SAKSI KEBENARAN ALLAH

1 Yohanes 1:1-4

Apa itu “Saksi”?  Orang yang melihat dan mengalami sendiri suatu peristiwa (kejadian), bukan yang mengada-ada.  Bila orang itu menyampaikan sesuatu yang dia tidak ketahui atau mengada-ada maka dia adalah saksi palsu.

Latar Belakang nas kita hari ini adalah nasihat dan ajaran Yohanes untuk orang percaya bagaimana menghadapi guru-guru palsu.  Hal ini terlihat dalam 1 Yohanes 2:22-23, “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.”  Melalui tulisannya, Yohanes bukan hanya mau menghantar jemaat kepada Kristus, tetapi ia ingin juga membina mereka dalam langkah-langkah pertumbuhan rohani mereka (Pemuridan).

YOHANES SEBAGAI SAKSI MATA: (ayat 1, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman Hidup—itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”)

Jelas sekali bahwa Yohanes menjadi saksi kebenaran Allah karena ia mengetahui sendiri peristiwa kejadian hidup Yesus, bukan mengada-ada.  Apa yang Yohanes saksikan adalah Firman yang hidup, Firman yang menjadi daging/manusia, yang sudah ada sejak permulaan, yang adalah Kebenaran.  Bandingkan dengan Yohanes 14:6, “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, tidak ada yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

TUJUAN KESAKSIAN KRISTIANI: (ayat 3, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”)

Persekutuan Kristen adalah persekutuan horizontal dan vertikal yang sejalan dengan salib, serta bersifat intim dan kekal.

MOTIVASI KESAKSIAN: (ayat 4, “Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.”)

Alkitab TB 2; 2023 mengatakan, “… Supaya sempurnalah sukacita kita.  Motivasi kesaksian Yohanes dalam pelayanannya bukan untuk kepentingan dan “kemuliaan” diri sendiri, tetapi untuk kemuliaan nama Tuhan dan orang yang ia layani mendapat pengajaran yang benar serta bertumbuh di dalam Kristus. Untuk itulah Yohanes dapat bersukacita bersama-sama dengan orang percaya lainnya.  Sukacitanya juga di dalam Kristus!  Biarlah motivasi yang sama juga mendorong kita untuk menjadi saksi-saksi kebenaran Allah.

Tuhan Yesus memberkati!

Dibuat oleh: Pdt. Setiawan Sutedjo

YESUS DIELU-ELUKAN

YESUS DIELU-ELUKAN

Yohanes 12:12-19

Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,

Raja Israel!”

Ketika memasuki Yerusalem, Yesus dielu-elukan, disanjung dan dipuji.  Mengapa mereka mengelu-elukan-Nya?  Layakkah Yesus menerima pujian selayaknya seorang raja yang menerima pujian, sorak-sorai dari rakyat dan orang yang mengikutinya.  Dalam peristiwa sebelumnya Yesus membuat mukjizat luar biasa, yaitu Lazarus dibangkitkan dari kematian.  Peristiwa ini melatarbelakangi mengapa Yesus dianggap layak menjadi pemimpin dan raja, yang layak untuk dipuji dan dielu-elukan.  Siapa yang tidak senang dengan pujian?

Secara manusia, tentunya itu menyenangkan.  Seruan hosana penuh sukacita adalah ucapan selamat datang bagi seorang raja dan pengharapan kemakmuran bagi kerajaan-Nya yang akan datang.  Arti yang tepat dari hosana adalah seperti dalam Wahyu 7:10, yaitu keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba.

Yesus memang harus dimuliakan dan ditinggikan.  Tetapi bukan melalui pujian karena manusia melihat kehebatan, kepintaran dan keperkasaan-Nya.  Dalam waktu yang tidak begitu lama mereka juga menghina dan bersorak “Salibkan Dia, Salibkan Dia!”  Sungguh ironis, bukan?

Anak Manusia memang harus ditinggikan dan dimuliakan, tetapi bukan menurut pujian dan cara-cara pengagungan dunia.  Anak manusia harus menderita, ditolak dan mati.  Yesus tidak takabur dengan pujian dan melarikan diri dari penderitaan, melainkan Ia merangkul penderitaan dengan ketaatan sampai mati yang menjadi puncak misi kedatangan-Nya.  Bahwa tugas kedatangan-Nya adalah kematian yang menjadi tebusan bagi banyak orang.  Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya  kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Ketika melihat Yerusalem, Yesus menangisinya sebagai ungkapan hati dan kasih-Nya yang ditolak oleh umat-Nya.  Umat tidak memahami misi kedatangan-Nya, sehingga kasih dan pengorbanan disia-siakan begitu saja oleh umat.  Ibrani 5:7-8 mencatat “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.”  Hanya melalui penderitaan dan kematian Yesuslah, cawan murka Allah berhenti atas umat manusia.

Raja yang dielu-elukan adalah Raja yang dihina dunia dan akan menderita mati disalibkan.  Salib yang dianggap kelemahan bagi dunia, tetapi menjadi kekuatan yang menyelamatkan.  Sejarah kekristenan membuktikan bahwa hanya melalui kematian akan datang kehidupan dan hanya melalui pelayanan akan datang kebesaran.  Biji gandum yang tidak jatuh dan mati ke tanah akan tetap menjadi satu biji saja.  Tetapi jika ia jatuh dan mati, ia akan tumbuh kembali dan akan menghasilkan banyak buah.

Dibuat oleh: Pdt. Slamet Triwahono

KRISTUS DIURAPI

KRISTUS DIURAPI

Yohanes 12:1-8

Siapakah Yesus buat diri seseorang?  Seberapa besar seseorang memiliki kerinduan memuliakan Dia?  Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bergantung kepada bagaimana seseorang memiliki kedekatan dengan Yesus. Read More