1 Korintus 15:1-11
“Ecclesia Reformata Semper Reformanda Secundun Verbum Dei” yang artinya gereja yang diperbarui selalu memperbarui dirinya sesuai dengan firman Tuhan. Kalimat Reformasi ini menjadi pengingat bahwa orang percaya perlu mengalami pembaharuan di bawah kebenaran Tuhan dan menjadi pelaku Firman yang setia dan yang “utama” serta yang “terutama.”
1 Korintus 15:3-4 berkata, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, apa yang telah kuterima, bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Dia telah dikuburkan, dan bahwa Dia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. kitab suci.” Inilah ringkasan Injil bahwa Kristus telah mati, dikuburkan, dan dibangkitkan. Pengulangan frasa “sesuai dengan kitab suci” menekankan bahwa kematian dan kebangkitan Yesus telah dinubuatkan dan digenapi maka percayalah.
Melihat berarti Percaya
Walaupun tampaknya Paulus sedang melatih apa yang seharusnya menjadi bukti bagi komunitas Korintus, nampaknya ada pertanyaan tentang sifat dan bahkan kemungkinan kebangkitan. Untuk menghilangkan kesalahpahaman, Paulus merinci berbagai penampakan Yesus setelah kebangkitan-Nya. Kata ὤφθη (ōphthē) dalam bahasa sehari-hari kita kenal dengan optik yang berkenaan penglihatan tetapi di sini diterjemahkan sebagai “muncul” di seluruh bagian ini.
Yang melihat kebangkitan Yesus pada saat itu masih dapat bersaksi tentang apa yang mereka lihat, sehingga kepercayaan akan kebangkitan Kristus memiliki dasar terjamin kebenarannya. Penampakan tersebut meneguhkan apa yang telah ditetapkan dalam kitab suci, bahwa Yesus dibangkitkan pada hari ketiga. Kebangkitan tidak dapat diragukan karena banyaknya saksi.
Percaya adalah Melihat
Sementara kita menantikan apa yang akan terjadi (kebangkitan), kita harus hidup dalam apa yang telah terjadi (kematian). Namun, kita melakukannya dengan pengetahuan dan keyakinan penuh akan masa depan. Imanlah yang memberikan kita penglihatan melampaui apa yang dapat kita lihat secara fisik.
Sering kali, apa yang kelihatan bukanlah yang sebenarnya. Alkitab banyak menulis seperti contoh Yusuf dijual kepada pedagang budak oleh saudara-saudaranya yang iri dan jahat. Tidak ada tanda-tanda bahwa Yusuf bisa membuat pengakuan apa yang terjadi pada dirinya adalah proses dari Tuhan. Ketika Firaun dan tentaranya semakin mendekati orang Israel yang terjepit di tepi laut Teberau, tidak ada tanda-tanda bahwa bangsa Israel akan diselamatkan, sementara tentara Mesir dibinasakan. Ingatlah ketika Daud berdiri di hadapan raksasa bernama Goliat. Tidak terlihat bahwa Goliat akan kalah, dan Daud mengalami kemenangan. Hanya mata iman yang dapat mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Siapa Saya dan Orang Lain Melihat Apa?
Refleksi Injil dan khususnya perjumpaan Paulus dengan Yesus menghasilkan sebuah sketsa otobiografi singkat dalam ingatannya. Paulus adalah orang yang sebelumnya menganiaya gereja Tuhan. Perjumpaan dengan Kristus membuat Saulus sadar dirinya tidak berarti dan yang paling berarti ialah Kristus. Sekarang, Paulus menggambarkan dirinya sebagai yang paling kecil di antara para rasul. Dia menyatakan: “Tetapi karena kasih karunia Allah, aku adalah apa adanya, dan kasih karunia-Nya kepadaku tidak sia-sia” (15:10). Perluasan kasih ilahi mengubah Paulus dari seorang penganiaya menjadi pemberita Injil.
Anugerah Tuhan bagi Paulus tidak sia-sia karena transformasi yang terjadi telah memaksa Paulus bekerja lebih keras untuk mewartakan Injil. Siapakah kita yang berkenan dan dikenankan itu karena anugerah Tuhan. Kita dapat percaya, bertobat, dan diubahkan. Inilah kekuatan Injil.
Bagaimana saya dan Bapak-Ibu-Saudara/i adakah orang lain melihat kuasa kebangkitan Yesus pada diri kita? Sudahkah mendapat lawatan Tuhan, lalu jamahan-Nya memulihkan kita dan memulihkan orang sekitar dan dapat dilihat dan dirasakan orang lain?
Injil bukan sekadar untuk didengarkan atau diterima, tetapi juga harus dipegang dan disebarluaskan. Seperti halnya Paulus, kemurahan Tuhan seharusnya mengharuskan tindakan kita. Kita juga harus bekerja lebih keras untuk memberitakan Injil, sehingga orang lain bisa percaya. Paulus mengingatkan gereja di Korintus bahwa Injil tidak hanya menyelamatkan mereka, namun mereka juga dapat bertahan di dalamnya. Mereka bisa yakin akan hal itu. Ini adalah landasan kokoh di mana kita juga berdiri dan dapat terus membangun kerajaan Allah.
~ Pdt. Adma Harsana Tantra ~