Yohanes 3:25-30
Waktu berjalan begitu cepat, hari ini tidak terasa merupakan Minggu terakhir di tahun 2024. Sepanjang tahun 2024 ini tentu banyak momen yang kita sudah lewati, ada momen yang membahagiakan, mungkin ada momen yang mengharukan atau momen yang membawa kesedihan. Namun di dalam setiap momen kehidupan kita, ada tangan Tuhan yang merancangkan kebaikan bagi kita.
Menjelang akhir tahun ini, mari kita sedikit merefleksikan, hal apa saja yang sudah kita raih dalam perjalanan tahun 2024? Tentu banyak hal yang sudah kita capai di tahun 2024 ini, apakah itu pencapaian jabatan dalam pekerjaan, ekonomi yang semakin membaik, prestasi-prestasi lain yang kita raih, relasi baru yang kita bangun, dll. Semua hal yang berhasil kita capai tentu membuat kita bangga. Hal yang sama sebenarnya juga dirasakan oleh murid-murid dari Yohanes Pembaptis. Sebagaimana yang kita tahu, Yohanes Pembaptis sangatlah terkenal sehingga banyak orang datang kepadanya, bertobat dan memberi diri dibaptis. Popularitas dan juga kuasa yang Yohanes Pembaptis miliki membuat para muridnya bangga dan ini menjadi pencapaian yang dirasakan oleh murid-murid Yohanes.
Namun, di dalam bagian firman Tuhan yang hari ini kita renungkan, mereka mulai merasa terganggu dengan keberadaan Yesus beserta murid-muridNya. Mereka melihat mulai banyak orang yang datang kepada Yesus untuk memberi diri dibaptis, sehingga secara tidak langsung popularitas dari Yohanes Pembaptis menurun. Mereka ingin gurunya melakukan sesuatu. Menariknya Yohanes Pembaptis menanggapi dengan kalimat demikian, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.” Dia tahu bahwa segala sesuatu yang dia capai sampai hari ini adalah berasal dari Tuhan dan atas rencana Tuhan dalam hidupnya. Tidak ada satupun pencapaian yang dia punya berasal dari kekuatan dan pemikirannya sendiri, semua berasal dari Tuhan.
Meskipun mungkin bagi banyak orang, pencapaian yang Yohanes Pembaptis miliki bisa membuat diri terlena, tetapi dia sendiri tidak. Dia ingat dan sadar siapa dirinya, dia bukan Mesias, dia hanyalah forerunner, orang yang diutus untuk mendahului Yesus dan membuka jalan bagi Yesus sang Mesias. Kesadaran ini membuat dia tidak mengambil apa yang menjadi kemuliaan Tuhan. Sebaliknya, dengan orang-orang berjalan menuju kepada Yesus, dia bersukacita, karena apa yang dia sudah lakukan berhasil, yaitu membuka jalan sehingga orang-orang bisa datang kepada Yesus. Pencapaian terbesar dalam hidupnya adalah “Yesus makin besar, dan aku makin kecil.”
Mari kembali kepada refleksi kita di atas, di dalam segala pencapaian yang kita raih, di dalam segala pelayanan yang kita mampu kerjakan, di dalam setiap progress yang bertumbuh dalam hidup kita, adakah kita ingat bahwa semuanya dikaruniakan Tuhan bagi kita? Sebab tidak ada seorangpun diantara kita yang mampu untuk mengambil segala sesuatu jika itu bukan dikaruniakan Tuhan bagi kita. Jika kita sadar bahwa bukan kekuatan kita, bukan kehebatan kita, bukan kepintaran dan juga kuasa serta kekayaan kitalah yang menjadi alasan untuk kita mampu, maka bukankah sudah seharusnya kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, sehingga di dalam setiap pencapaian Tuhanlah yang semakin ditinggikan dan dilihat orang.
Segala Kemuliaan hanya bagi Tuhan saja, kiranya Tuhan menolong kita.
Dibuat oleh: Ibu Novi Handayani