Maleakhi 2:17- 3:1-5
Pelayanan Maleakhi atas Yehuda diperkirakan terjadi sesudah berdirinya kembali Bait Allah (515 SM), tetapi sebelum reformasi Nehemia (445 SM) dan Ezra. Bait Allah ada, bukan berarti spiritualitas Yehuda menjadi baik. Karena ada banyak penyimpangan yang dilakukan oleh para imam juga oleh umat, dalam relasi dengan Tuhan dan sesama, seperti tiadanya hormat dalam ibadah dan pelayanan (1:6), membawa persembahan yang cemar (1:7-14), mengabaikan persepuluhan (3:8), menindas yang lemah (3:5), serta praktik perceraian dan kawin campur (2:10-16).
Semua itu, pasti diganjar hukuman Tuhan. Namun, bukannya mengakui dosa mereka dan sungguh bertobat tapi dengan munafik mereka justru bertanya: “Dengan cara bagaimanakah kami…”? Maka dalam kondisi seperti itu, Tuhan mengutus Maleakhi untuk menyatakan penghukuman-Nya, juga pengampunan dan pemulihan serta menjawab tuduhan tentang penilaian Tuhan atas apa yang baik dan jahat, yang berkenan kepada-Nya serta penghakiman-Nya yang dipertanyakan. Lalu dari Maleakhi 2:17-3:5 ini, apa yang Tuhan ingin sampaikan melalui hamba-Nya?
Pertama, Tuhan objektif menilai benar dan salah.
Apakah ada perkara yang dapat menyusahkan Tuhan? Ada, yakni ketika umat-Nya menyangka bahwa berbuat jahat itu sesuatu yang baik dan berkenan bagi Tuhan. Mengapa menyusahkan? Karena tuduhan itu sungguh ngawur dan kontradiksi dengan eksistensi-Nya sebagai Pribadi yang Maha kudus (1Pet. 1:16; Why. 4:8). Tuhan punya standar yang objektif dalam menilai benar dan salah. Jadi, mustahil Tuhan memelintir standar-Nya sendiri, apalagi berkenan dengan hal itu.
Kedua, Tuhan tidak lalai melaksanakan penghakiman-Nya.
Jika Tuhan itu sangat objektif, lalu dimana “Allah yang menghukum”? Jawaban Tuhan adalah segera dan nanti. Mengapa? Karena dalam kasih-Nya Tuhan ingin memberi umat-Nya kesempatan untuk bertobat. Dia akan segera datang dengan mengirimkan utusan-Nya, yakni Yohanes Pembaptis. Tujuannya, mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus yang pertama (Mat. 3:3a; 19:28), dan nantinya digenapi penuh pada kedatangan-Nya yang kedua, bahwa sebagai Hakim (Mat. 19:28; Yoh. 5:22, 27, 30) Yesus akan melakukan:
- Pemurnian di Bait Suci mulai dengan keturunan Lewi. Mengapa? Karena imam harus menjadi teladan bagi umat. Dan rumah Tuhan harus yang pertama dihakimi (1Pet. 4:17) dan disucikan, agar menjadi tempat bagi imam dan umat belajar dan bertumbuh dalam relasi yang benar, serta berkenan pada Tuhan (Mal. 3:18).
- Penghakiman dan hukuman akan berlaku bagi mereka yang tidak mau bertobat, karena mereka telah diberi banyak kesempatan (Mal. 2:1;3:7).
Jadi di Minggu Adven kedua ini, biarlah kita dibawa kepada pengakuan akan objektivitas Tuhan dalam hal yang benar dan salah dan bahwa Dia tidak lalai menyatakan penghakiman-Nya. Sehingga dalam menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali, kiranya kita didorong untuk tetap memelihara spiritualitas hidup yang benar sebagai orang percaya, baik dalam relasi dengan Tuhan maupun dengan sesama. Amin!
Dibuat oleh: Pdt. Widianto Yong