DITEBUS & PASTI DISELAMATKAN

DITEBUS & PASTI DISELAMATKAN

Ibrani 9:24-28

Manusia diciptakan sebagai makhluk relasional. Relasi manusia bukan hanya dengan sesama manusia atau ciptaan lain, melainkan yang terutama adalah dengan Allah sebagai penciptanya. Kenyataannya, terjadi kerusakan relasi antara manusia dengan Allah, yang berdampak pada setiap aspek hidup manusia. Kerusakan relasi ini disebabkan oleh dosa. Akibat hal ini juga, manusia memerlukan perantara untuk menghadap hadirat Allah. Gambaran bagaimana manusia yang berdosa ini dapat menghadap hadirat Allah diperlihatkan oleh ibadah umat Israel. Penulis Ibrani menceritakan di pasal 9:1-10, mengenai sebuah ritual ibadah umat Allah, dimana para imam mewakili umat untuk masuk hadirat Allah di ruang Kudus, dan hanya imam besar yang diperkenankan menghadap Allah sekali setahun di ruang Maha Kudus (Ibr. 9:6-7). Begitu sakral dan tidak sembarangan untuk dapat menghadap hadirat Allah.

Sekalipun demikian, penulis Ibrani menyatakan bahwa ini semua hanya sebuah gambaran/kiasan yang tidak sempurna dan menunggu waktu pembaharuan (9:9-10). Lalu bagaimana hal sesungguhnya itu? Di sinilah kita dibukakan mengenai apa yang telah dilakukan oleh Kristus. Kristus yang datang ke dunia, dan yang mempersembahkan diri-Nya menjadi korban penebusan umat manusia, kini telah menjadi perantara sejati antara manusia dengan Allah. Dia adalah Imam Besar yang sesungguhnya (9:11). Korban persembahan yang dibawa-Nya bukanlah darah binatang, melainkan darah-Nya sendiri (9:12). Dan Kristus bukan masuk ke tempat kudus buatan tangan manusia, melainkan ke dalam sorga sendiri (9:24). Oleh karena itu, Kristus tidak berulang-ulang mempersembahkan korban kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh imam besar manusia, melainkan cukup satu kali mempersembahkan diri-Nya (9:28).

Apa arti semua ini bagi kita?  Pertama, dosa kita telah dihapuskan secara tuntas oleh karya Kristus. Kita yang tadinya adalah musuh/seteru Allah, kini sudah diperdamaikan. Tentu dalam keseharian kita masih memanjatkan doa-doa memohon ampun akan tindakan kita yang tidak berkenan kepada Tuhan, namun relasi kita dengan Allah yang tadinya rusak karena dosa telah dipulihkan. Murka Allah karena pemberontakan manusia telah diredakan oleh karya Kristus. Belenggu dosa yang membawa maut telah dipatahkan. Kini tidak perlu lagi ada ketakutan dan kecemasan akan segala pelanggaran di masa lalu, karena melalui Kristus, kita telah diampuni. Kita telah menjadi manusia yang hidup memiliki kesukacitaan dan harapan akan kehidupan kekal nanti. Ada banyak orang yang hidup di luar Kristus memiliki kecemasan akan apa yang menanti mereka di kehidupan sesudah kematian. Bayang-bayang dosa masih menghantui hidup mereka, tapi tidak demikian bagi orang-orang yang telah menerima Kristus.

Kedua, karena relasi kita telah dipulihkan dan kita telah menjadi anak-anak Allah, maka sekarang kita menjalani hidup yang mencerminkan jati diri anak-anak Allah. Banyak orang di dunia hidup dengan pikiran yang sia-sia, terbelenggu akan hawa nafsu, dan tujuan yang fana. Tidak demikian bagi anak-anak Allah. Pikiran kita adalah pikiran yang senantiasa mengikuti kehendak Allah, perilaku kita adalah perilaku yang hidup dalam kekudusan, dan tujuan hidup kita adalah untuk membawa kemuliaan bagi Allah dan menceritakan kasih-Nya kepada setiap orang yang kita temui agar mereka pun dapat mengalami pemulihan relasi tersebut. Kiranya kita semua senantiasa meresponi segala karya Kristus yang sejati ini dengan hidup sebagai orang-orang yang telah dipulihkan relasinya dengan Allah.  Amin.

Dibuat oleh: Pdt. Richard Natasasmita

Article by Admin