DOA PEMULIHAN

DOA PEMULIHAN

(Yeremia 5:1-21, Maz. 80:20; 85:5)

Membaca perikop ini, terlihat dosa umat Tuhan dipaparkan dengan terperinci oleh penulis kitab Yeremia dan rancangan penghukuman Tuhan bagi umat-Nya, mulai dari teguran Ilahi sampai dengan penghukuman pembuangan. Hal ini membuat kita berpikir apakah Allah cukup sabar dengan kedegilan hati umat-Nya? Israel memberontak dan bersikap keras kepala, dengan sengaja melawan Allah dengan dosa yang mereka lakukan.

Dosa dilakukan oleh orang-orang kecil (Yer. 5:4). Orang-orang kecil yang dimaksud adalah mereka yang sering diidentikkan dengan orang-orang bodoh, tidak berpendidikan, masyarakat bawah. Selain itu, dosa juga telah memperbudak orang-orang dari kalangan atas orang-orang besar (5:5). Mereka adalah para pemimpin politik maupun pemimpin agama, atau para pengambil keputusan publik yang mengetahui kebenaran (Torah). Penulis Kitab Yeremia merincikan dosa yang dilakukan kedua kelompok masyarakat ini.

Pertama, untuk kelompok golongan atas, mereka tidak melakukan keadilan dan kebenaran (ay. 5). Orang kecil bisa mencuri dan merampok sesamanya, tetapi orang besar pun melakukan dosa yang sama, hanya dengan cara lebih “terhormat”, kotor dan terselubung. Kedua, mengumbar hawa nafsu dengan meninggalkan Allah dengan “berzina” menyembah allah lain, sehingga menajiskan hidup (ay. 7-8). Ketiga, walaupun penuh dosa, mereka arogan, merasa diri benar, keras kepala terhadap teguran Ilahi, bahkan menolak campur tangan Tuhan dalam hidup mereka (ay. 2, 3b, 4b, 11-12). Keempat, mereka berzina rohani dengan menyembah ilah-ilah kafir (ay. 19). Sesungguhnya akar dosa mereka mulai dari sini. Dengan menyingkirkan Allah dari pusat hidup mereka, mereka terjebak kepada ilah lain dan diperbudak oleh hawa nafsu mereka sendiri. Kelima, mereka tidak memiliki rasa takut sama sekali terhadap kemahakuasaan Allah yang telah dinyatakan-Nya melalui menciptakan alam dan mengendalikan kekuatan-kekuatan alam yang begitu menakutkan manusia (ay. 22). Sebenarnya, pengendalian atas kedahsyatan alam ini menyatakan perlindungan Allah atas mereka. Demikian pula Allah memakai alam, menurunkan hujan untuk memberikan kesejahteraan kepada manusia agar manusia bisa menikmati hidup ini (ay. 24). Akan tetapi, sedikit pun manusia tidak merasa berhutang kepada Allah. Keenam, mereka tidak sedikit pun memperlihatkan kesadaran bermoral sebagai umat Allah yang telah ditebus dan dikuduskan. Itu nyata dari tindakan mereka yang memeras dan menindas sesama (ay. 26-28). Ketujuh, bahkan di kalangan rohaniwan pun tidak ada kesadaran religi yang tulus. Para nabi dan imam tidak menyuarakan firman Tuhan, malahan memutarbalikkannya untuk kesenangan manusia (ay. 31).

Hukuman Tuhan yang akan menimpa Israel begitu dahsyat dan tak terelakkan (ay. 29). Allah bukan hanya “terluka” oleh dosa-dosa penyembahan berhala dan dosa-dosa perorangan. Kasih dan keadilan-Nya juga peka terhadap dosa-dosa Israel yang dilakukan orang besar dan orang kaya terhadap orang kecil dan miskin. Allah ingin agar dalam setiap masyarakat terdapat keadilan dan kepedulian terhadap sesama.

Penulis kitab Yeremia telah menggambarkan dengan gamblang dosa-dosa umat Allah dan kengerian penghukuman Allah bagi umat. Pembacaan terhadap teks ini mengingatkan kita untuk berdoa bagi pemulihan bangsa kita Indonesia. Masih terlihat sistem peradilan yang kurang memihak kepada pencari keadilan, kemiskinan yang belum teratasi, akses pendidikan dan kesehatan yang belum merata didapat oleh masyarakat. Terdapat pula marjinalisasi dan penindasan terhadap hak-hak kaum minoritas. Maka, patutlah kita menaikkan doa pemulihan bagi bangsa kita seperti yang dikatakan dalam Mazmur 80:20, “Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajahmu bersinar, maka kami akan selamat.” Doa ini lahir dari kesadaran akan kengerian penghukuman Tuhan terhadap dosa, sekaligus mengharapkan belas kasihan Allah kepada orang berdosa agar terluput dari murka Allah. “Perlihatkanlah kami kasih setia-Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!” (Mzm. 85:8). Marilah kita berdoa bagi pemulihan bangsa, dan keluarga kita. Amin.

Dibuat oleh: Pdt. Gustaf Rame

Article by Admin