IDENTITAS DIRI YANG BARU

IDENTITAS DIRI YANG BARU

Kejadian 32:22-32

Kisah Yakub di Yabok secara definitif menggambarkan tentang ziarah transformatif dari konflik kepada rekonsiliasi, dari masa lalu yang penuh ketegangan kepada masa depan dalam perjumpaan penuh kasih. Di tengah ziarah inilah dikisahkan bagaimana Yakub mengalami transformasi diri dari  Yakub kepada Israel untuk dapat bertemu kembali dengan saudaranya, yaitu Esau.  Perjumpaan penuh keterbukaan, keberanian dan juga kerendahan hati.  Sebenarnya Yakub takut bertemu dengan Esau, sosok yang sangat ditakutinya setelah hak kesulungan Esau diambil-alih oleh Yakub dengan “akal bulus” yang licik.  Namun, sebenarnya Yakub dipersiapkan untuk suatu pergulatan dan percakapan yang melampaui semua rancangan manusia.  Yakub dipaksa masuk dalam pergumulan antara mati dan hidup di tepi sungai Yabok pada malam gelap itu.  Pergulatan/pergumulan itu membawa Yakub sedemikian dalam, langsung dan intim yang bersifat transformatif.  Yakub mendapat “serangan” dari Yang Ilahi untuk melepaskan masa lalunya yang penuh dengan tipu muslihat, dendam dan amarah.  Yakub harus menjadi baru, yakni Israel, yaitu masa lalu telah tergantikan dengan masa depan, atau yang lama telah menjadi yang baru.  Yakub harus memikul identitas baru dalam menyongsong masa depan baru yang penuh kedamaian dan kasih untuk bertemu Esau.

Masa lalu kita mungkin penuh dengan kenangan manis atau pahit, kesuksesan atau kegagalan, kebahagiaan atau duka.  Namun, dalam semua hal itu, Tuhan mengundang kita untuk melihatnya melalui lensa kasih dan karunia-Nya.

Dalam Roma 8:28, tertulis, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, …”.  Masa lalu kita, baik yang indah maupun yang sulit, adalah bagian dari rencana Tuhan untuk membentuk dan mengarahkan hidup kita menuju tujuan-Nya.  Meskipun mungkin tidak selalu kita mengerti alasan di balik setiap peristiwa, percayalah bahwa Tuhan selalu bekerja untuk kebaikan kita.  Ketika kita menyerahkan masa lalu kita kepada Tuhan, Dia akan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan.  Dalam Mazmur 103:12, dikatakan, “Sejauh timur dari barat, demikianlah dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”  Kasih karunia Tuhan menghapus dosa-dosa kita dan memberikan kesempatan bagi kita untuk memulai dari awal.  Masa lalu kita mungkin juga mengandung beban dan penyesalan yang sulit kita lepaskan.  Namun, dalam Yesaya 1:18, Tuhan menawarkan, “Marilah, baiklah kita berperkara! – firman TUHAN – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; …”.  Di dalam Tuhan, kita dapat menemukan pemulihan dan pembebasan dari beban masa lalu.  Dalam Filipi 3:13-14, rasul Paulus mengingatkan, “… Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”  Marilah kita belajar untuk tidak terjebak dalam masa lalu, tetapi merenungkan kasih Tuhan dan mengarahkan pandangan kita ke depan.  Semakin kita bertumbuh dalam iman, semakin kita mengalami pemulihan dan pembaharuan dari Tuhan.  Dalam 2 Korintus 5:17 dikatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, Ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”  Di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru, dan masa lalu tidak lagi menentukan identitas kita.

Semoga renungan ini mengingatkan kita tentang kasih dan karunia Tuhan yang menguatkan dan membebaskan dari masa lalu.  Marilah kita merangkul masa lalu kita dengan keyakinan bahwa Tuhan bekerja untuk kebaikan kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memberikan harapan bagi masa depan kita yang diarahkan oleh-Nya melalui identitas baru yang dibaharui dalam kasih karunia Allah.

Dibuat oleh: Pdt. Gustaf Rame

Article by Admin