JANGAN MENDUA HATI UNTUK TUHAN

JANGAN MENDUA HATI UNTUK TUHAN

HOSEA 1:2-9

Berbicara tentang mendua hati, maka hal ini terkait dengan tindakan tidak setia, bimbang, ragu, tidak punya pendirian. Hal ini dapat kita temui dalam kehidupan keseharian kita. Misalnya, tidak setia dengan pasangan (suami selingkuh dengan wanita lain atau sebaliknya), tidak setia dalam pekerjaan, tidak setia dalam mengikut Tuhan (tidak sungguh-sungguh), tidak setia dalam melayani dan lain sebagainya.

Dalam konteks pembacaan kita, sikap mendua hati terlihat dalam kehidupan bangsa Israel. Bangsa yang dipilih Allah dan mengalami pertolongan Allah yang ajaib, namun mereka menduakan Tuhan dengan cara hidup mereka yang bobrok di hadapan Tuhan. Mereka melupakan kasih setia Tuhan dan tidak ingat lagi perintah Tuhan bahwa tidak boleh ada allah lain selain Allah Israel yang harus mereka sembah, karena Allah adalah Allah yang cemburu, Allah tidak ingin umat-Nya berpaling dari pada-Nya. Kebobrokan kehidupan sosial bangsa Israel merupakan akibat dari rusak dan bobroknya kehidupan agama atau ibadah Israel. Secara politik dan ekonomi mereka berjaya tapi kehidupan agama sangat rusak di hadapan Tuhan. Kehidupan Israel seutuhnya sudah dikuasai oleh roh perzinaan (Hos. 4:12; 5:4). Kehidupan politik, ekonomi, dan keagamaan sudah menyimpang dari Allah. Hosea mempertegas dengan kata-kata “Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini” (Hos. 4:1).

Dalam ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah, Allah menegur umat-Nya dengan memerintahkan nabi Hosea untuk menikahi Gomer seorang wanita yang tidak setia. Hosea 1:2 “… Pergilah kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan.” Kehidupan Hosea dan Gomer menjadi gambaran/teguran kepada Israel yang tidak setia. Nama anak-anak Hosea dan Gomer, yakni Yizreel yang artinya “Allah akan mencerai beraikan,” Lo-Ruhama yang artinya “tidak  ada belaskasihan,” Lo-Ami yang artinya “Aku bukan Allahmu dan kamu bukan umat-Ku.” Ini semua sebagai gambaran penghukuman dan sikap Tuhan terhadap Israel saat itu. Kecemburuan Tuhan atas umat-Nya yang tidak setia mendatangkan penghukuman dan jika mereka tidak sungguh-sungguh bertobat, maka hukuman itu akan sungguh terjadi. Dosa mendatangkan konsekuensi serius di hadapan Allah.

Dari perenungan firman Tuhan ini, kita diingatkan kembali untuk mengasihi Tuhan Allah dengan sepenuh hati. Anugerah keselamatan yang sudah Ia berikan di atas kayu salib kiranya membuat kita menjadi pribadi yang terus belajar hidup benar di hadapan-Nya. Oleh karena itu, kiranya kita boleh belajar untuk tidak mendua hati di hadapan Tuhan. Belajarlah untuk setia di hadapan Tuhan, mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, serta menjadikan Tuhan yang terutama di dalam kehidupan kita. Amin.

Dibuat oleh: Pnt.K. Susi Sihaloho

Article by Admin