KEBANGKITAN KRISTUS DAN INJIL KESELAMATAN

KEBANGKITAN KRISTUS DAN INJIL KESELAMATAN

1 Korintus 15:1-11

Ada sebuah permainan yang bernama Jenga atau Uno Stacko di mana para pemain harus mengambil sebuah balok yang telah ditentukan, sekaligus berusaha mempertahankan bangunan jangan sampai roboh. Dalam permainan ini tentu saja para peserta harus pandai memilah balok mana yang penting (yang jikalau ditarik akan merobohkan bangunan) dan balok mana yang kurang penting (yang jikalau ditarik tidak akan merobohkan bangunan).  Kalau salah pilih, maka robohlah bangunannya.

Jikalau kita mengumpamakan kekristenan sebagai sebuah bangunan yang tersusun dari “balok-balok” doktrin pengajaran dan kepercayaan, maka “balok” apa yang paling penting dan tidak boleh ditarik?  “Balok” kebenaran Alkitab mana yang kalau dihilangkan, maka akan merobohkan seluruh “bangunan” kekristenan?  Dalam 1 Korintus 15 ini Paulus sedang menegur jemaat di Korintus yang sedang meniadakan “balok” terpenting dan terutama dalam kekristenan.  Mereka tidak mempercayai adanya kebangkitan orang mati, yang berarti tidak ada pula kebangkitan Kristus.

Secara khusus di 1 Korintus 15:1-11 Paulus mengingatkan kembali jemaat di Korintus akan berita Injil yang telah ia sampaikan kepada mereka dari awal hingga mereka bisa percaya kepada Yesus dan mereka berdiri bersama sebagai satu komunitas dalam Tuhan (ay. 1-2).  Kebangkitan Yesus adalah hal pokok yang menyatukan sekaligus mendasari persekutuan mereka sebagai orang percaya.  Tanpa kebangkitan, maka sia-sialah kepercayaan mereka selama ini.

Kemudian, Paulus mulai mengajarkan bahwa kebangkitan Yesus berdasarkan bukti-bukti yang jelas dan terpercaya.  Pertama-tama, kebangkitan Yesus itu berdasarkan apa yang tertulis dalam Kitab Suci (ay. 3-4).  Apa yang Paulus beritakan dan ajarkan kepada jemaat bukanlah hasil pemikirannya sendiri apalagi untuk mencari keuntungan, melainkan itu dia terima dari Kitab Suci yang telah terlebih dahulu menubuatkan dan mengajarkannya (lih. Yes. 53:5-12; Mzm. 16:8-10).

Yang kedua, Paulus juga menyatakan bahwa ada banyak saksi mata kebangkitan Yesus.  Dari Kefas (nama lain Simon Petrus), kemudian kepada kedua belas murid Yesus (ay. 5), sesudah itu kepada lebih dari 500 orang yang sebagian besar masih hidup saat itu sehingga bisa langsung ditanyakan kebenarannya (ay. 6).  Lalu kepada Yakobus (salah seorang saudara Yesus, Mat. 13:55), kemudian semua rasul (ay. 7), dan terakhir kepada Paulus sendiri dalam perjalanannya ke Damsyik (ay. 8).  Semua saksi mata ini meneguhkan fakta bahwa Yesus benar-benar bangkit dan bukan sebuah cerita halusinasi.  Karena sangat tidak masuk akal jika halusinasi dialami oleh ratusan orang dan terjadi secara serempak.  Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati dan para saksi mata meneguhkan fakta tersebut.

Dan bukti kebangkitan yang terakhir adalah terjadinya transformasi hidup di antara para pengikut Yesus.  Secara khusus Paulus menyebut tiga nama dalam perikop ini: Kefas si penyangkal, Yakobus saudara Yesus, dan Paulus si penganiaya Jemaat Allah (ay. 9).  Karena Yesus sungguh bangkit, maka Kefas menjadi pribadi yang berani mati memberitakan kebenaran tersebut.  Yakobus yang menganggap saudaranya sudah gila (Mrk. 3:31), malah menjadi percaya dan menjadi pemimpin gereja mula-mula.  Terlebih lagi Paulus yang menganggap kekristenan sebagai ajaran sesat yang harus dibasmi, namun ia menyerahkan dirinya bagi Kristus yang telah bangkit itu dan bahkan dalam hidupnya ia bekerja lebih keras dari pada para murid lainnya, karena ia sungguh menyadari ketidaklayakannya menjadi seorang rasul (ay. 10).  Tanpa kebangkitan, maka semua kepercayaan dan pengorbanan diri ini menjadi sia-sia.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, mari kita merayakan Paskah tahun ini dengan hati yang bersukacita dan bersyukur.  Mungkin sudah berulang kali kita merayakan Paskah, namun pertanyaan terpentingnya adalah apakah kuasa kebangkitan Yesus itu sudah benar-benar terjadi dalam hidup kita?  Apakah kita sudah sungguh menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Yesus dan bergiat dalam memberitakan Injil?  Mari kita merayakan Paskah dengan penuh kemenangan karena Yesus benar-benar hidup, maka kepercayaan dan segala jerih lelah kita bagi-Nya tidaklah sia-sia.  Amin.

~ Sdri. Paula Ch. Mulyatan ~

Article by Admin