KEDATANGAN YANG MEMBAWA DAMAI

KEDATANGAN YANG MEMBAWA DAMAI

Lukas 2:22-40

Bulan Desember mungkin bagi sebagian besar orang adalah bulan yang dinanti-nantikan. Selain karena bulan ini adalah bulan terakhir di sepanjang tahun, di Desember juga ada momen Natal yang tidak hanya dirayakan oleh umat Kristiani, namun juga toko, mall, dan sebagainya.  Ada banyak hadiah yang bertebaran di sepanjang bulan ini.  Mulai dari THR, bonus akhir tahun, diskon-diskon, acara tukar kado, ataupun berbagi hampers kepada keluarga dan saudara dekat.  Kita senang menerima banyak kado di bulan ini, namun mungkinkah kita melewatkan satu kado terindah sepanjang masa yang pernah diberikan bagi manusia?  Kado itu adalah kedatangan bayi Yesus 2000 tahun yang lalu.  Apakah sukacita dan ucapan syukur di hati kita masih meluap-luap ketika kita menerima kado ini?  Simeon dan Hana di dalam perikop hari ini menunjukkan respons yang tepat dalam menyambut kado terindah dari Allah kepada umat manusia.

Tidak banyak yang kita ketahui tentang Simeon, selain kerohaniannya.  Ia adalah seorang yang benar dan saleh (2:25).  Hal ini menunjukkan keteladanan hidup dan ketaatan-Nya kepada Tuhan dan hukum Taurat.  Selain benar dan saleh, Simeon juga menantikan penghiburan ilahi bagi Israel (2:25).  Penghiburan bagi Israel berkaitan dengan kelepasan Yerusalem yang dinubuatkan oleh para nabi di Perjanjian Lama, termasuk nubuat kedatangan mesias.  Lalu, spiritualitas Simeon juga ditandai dengan karya Roh Kudus yang nyata dalam dirinya.  Tiga kali dicatat Roh Kudus muncul: di atas diri Simeon, memberikan nubuatan, dan menuntunnya datang ke Bait Allah (2:25b-27a).

Ketika Simeon menerima bayi Yesus di lengannya, ia langsung memuji Allah (2:28).  Di dalam pujiannya, Simeon menyadari siapa dirinya di hadapan Allah.  Ia adalah hamba dan Allah adalah tuan (2:29a).  Ia sungguh merasakan damai sejahtera karena ia telah menyaksikan bagaimana rencana Allah telah digenapi di dalam hidupnya (2:29b).  Bukan hanya itu, pujiannya juga dilandasi bahwa bayi Yesus ini adalah kado terindah dari Allah yang membawa keselamatan, yaitu terang bagi segala bangsa dan juga kemuliaan bagi Israel (2:30-32).  Hal-hal inilah yang membuat Simeon memuji Allah dan rela mati karena ia sudah puas “mencicipi” kado terindah itu.

Tentu respons dan segala perkataan Simeon ini membuat orang tua Yesus sangat heran.  Karena itu, Simeon memberkati mereka dan menyampaikan suatu nubuatan kepada Maria, ibu Yesus.  Kedatangan Yesus akan membagi dua kelompok orang, yaitu mereka yang menerima dan juga menolak pelayanan yang dilakukan Yesus (2:34).  Dan ini akan membuat Maria mengalami kepedihan yang sangat mendalam, seperti pedang yang menembus jiwanya (2:35), ketika nantinya ia akan melihat Yesus lebih taat kepada Bapa-Nya daripada orang tua jasmaninya (2:49), dan terlebih lagi melihat penderitaan anaknya di atas kayu salib (23:49).

Respons yang serupa juga diperlihatkan oleh Hana, seorang nabiah, anak Fanuel dari suku Asyer (2:36).  Melalui aktivitas sehari-harinya yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah, beribadah, berpuasa dan berdoa siang dan malam, Hana termasuk golongan orang yang saleh (2:37).  Ketika ia bertemu bayi Yesus, Hana juga mengucap syukur dan memberikan kesaksian kepada orang-orang di sana yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem (2:38).  Hana menyadari kedatangan Yesus adalah hadiah terindah dari Allah yang menjawab impian dan harapan atas keselamatan.

Natal adalah saat ketika Allah memberikan kado istimewa bagi manusia.  Karena Tuhan sangat mengenal manusia, maka kado dari-Nya adalah apa yang dibutuhkan oleh manusia, yaitu penghiburan (2:25), keselamatan (2:30), kemuliaan (2:32), serta penebusan (2:38) yang telah digenapi oleh Yesus Kristus.  Jika Simeon dan Hana yang hanya memandang cicipan kado terindah itu bisa bersukacita dan memuji Allah, apalagi kita yang sudah melihat penggenapan keselamatan Allah yang jauh lebih besar.  Kita seharusnya jauh lebih bersukaria karena kita telah melihat penggenapan dan terlebih lagi mengalami setiap penyertaan Allah Imanuel di dalam hidup kita.  Tidak ada lagi alasan untuk takut dan kuatir.  Selalu ada alasan untuk memuji dan bersyukur.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita sudah menerima kado terindah dari Allah di hari menjelang Natal ini?  Jika sudah, mari bersukacitalah dan bagikan kabar gembira ini kepada orang-orang di sekitar kita.  Jika belum, mari terimalah kado terindah dari Allah ini, yaitu kedatangan Yesus di dalam dunia yang membawa penghiburan dan damai sejahtera bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.  Amin.

DIbuat oleh: Sdri. Paula Ch. Mulyatan

Article by Admin