MEMULIAKAN YESUS SANG RAJA YANG MENDERITA

MEMULIAKAN YESUS SANG RAJA YANG MENDERITA

Lukas 19:28-44

Lukas memulai kisah yang sama dengan kedua Injil Sinoptik lainnya, dan mulai menceritakan hari-hari terakhir kehidupan Yesus. Jadi seluruh bagian teks ini harus dipandang dari sudut kematian Kristus, sekalipun tidak seluruh isinya terkait langsung dengan peristiwa tersebut.

Di dalam teks ini ada 2 hal yang ditunjukkan oleh Yesus, yang pertama adalah Kemahatahuan-Nya. Di dalam ayat-ayat ini kita melihat bagaimana Yesus mengutus dua murid-Nya ke sebuah desa dan memberi tahu mereka bahwa ketika mereka memasuki desa itu mereka akan menemukan “seekor keledai jantan diikat di sana, yang belum pernah ditunggangi siapa pun” (ay. 30). Kita bisa melihat bagaimana Yesus menggambarkan apa yang akan mereka temui dengan penuh keyakinan seolah-olah seluruh peristiwa telah diatur sebelumnya.

Kedua, Yesus ingin menunjukkan status-Nya. Di dalam perikop ini Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem secara publik. Yesus mengendarai seekor keledai, seperti seorang raja yang mengunjungi ibu kota atau seorang penakluk yang kembali dengan kemenangan ke tanahnya sendiri. Ini sangat berbeda dengan kebiasaan umum kehidupan Yesus. Biasanya kita melihat Yesus menarik diri dari pandangan publik, menyingkir ke padang gurun, memberitahu orang-orang yang telah dia sembuhkan untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang penyembuhan-Nya.

Namun kemudian kita membaca dalam ayat 41 Kristus menangisi Yerusalem, mengapa? Paling tidak kita menemukan 2 poin penting:

  1. Yesus mengasihi orang berdosa.

Kita diberitahu bahwa ketika Yesus mendekati Yerusalem untuk terakhir kalinya, Dia menangisinya (ay. 41). Ia sangat mengenal karakter umat-Nya, ingat Dia Maha tahu. Kekejaman mereka, pembenaran diri, keras kepala, prasangka mereka terhadap kebenaran, hati mereka yang sombong tidak tersembunyi dari-Nya.
Yesus tahu betul apa yang akan mereka lakukan pada-Nya dalam beberapa hari ke depan. Pengadilan-Nya yang tidak adil, penyerahan-Nya kepada orang-orang non Yahudi, penderitaan, penyaliban, semuanya terbentang dengan jelas di mata pikiran-Nya. Namun, mengetahui semua ini, Tuhan tetap mengasihani Yerusalem! Saat Dia mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, dia menangisinya (ayat 41). Kita membuat kesalahan besar jika kita berpikir Kristus hanya peduli pada mereka yang percaya kepada-Nya. Dia peduli pada semua orang. Dia peduli pada kita. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Pertanyaannya apakah kita akan terus berbuat dosa seakan-akan Yesus tidak tahu? Ingat Dia Maha tahu.

  1. Yesus menangisi kebodohan manusia.

Kita belajar dari ayat-ayat ini bahwa ada kebodohan yang membuat manusia berbuat dosa dan tercela. Kita membaca bahwa Tuhan kita menyatakan penghakiman atas Yerusalem “karena kamu tidak mengetahui waktu kedatangan Allah kepadamu” (ay. 44). Umat tidak akan melihat tanda-tanda zaman. Oleh karena itu, penghakiman segera mengambil alih Yerusalem. Ini adalah prinsip yang sangat penting. Ini mengajarkan dengan jelas bahwa tidak semua ketidaktahuan dapat dimaafkan dan bahwa ketika orang mengetahui kebenaran dan menolak untuk mengetahuinya, kesalahan mereka sangat besar di mata Tuhan. Jemaat sekalian, berapa kali kita merayakan Jumat Agung, Paskah dan Natal? Pertanyaannya apakah kita sudah tahu kebenaran Allah? Puji Tuhan kalau sudah tahu kebenaran. Namun apakah kita sungguh-sungguh taat dengan Kebenaran yang kita tahu? Kalau belum, bertobatlah dan berbalik kepada Tuhan.

Jemaat sekalian, biarlah momen ini kita pakai untuk merefleksikan kembali iman kita. Apakah kita sungguh mengasihi Yesus, Sang Pribadi yang begitu mengasihi kita?

Tuhan Yesus memberkati.

Dibuat oleh: Pnt.K. Cahyono Candra

Article by Admin