MENGAMPUNI BUKAN MENGHAKIMI

MENGAMPUNI BUKAN MENGHAKIMI

Kejadian 33:1-20

Memiliki relasi yang sedang rusak tentu sangat menyusahkan hati. Apalagi jika pernah terjadi pertikaian yang begitu hebat di masa lalu sampai menimbulkan luka hati atau dendam. Membereskan permusuhan di masa lalu bukanlah perkara yang mudah bagi sebagian besar orang.  Bagi yang disakiti, ingatan kejadian lampau dapat menimbulkan kembali kemarahan.  Bagi yang merasa bersalah, kekhawatiran akan adanya pembalasan atau sikap yang tidak menyenangkan dapat membuat enggan untuk menghadapinya.  Begitu juga yang dikisahkan dalam perikop ini mengenai dua saudara kembar Esau dan Yakub.  Yakub yang pernah menipu Ishak, ayahnya untuk mendapatkan hak kesulungan dari Esau (Kej. 27), telah menyebabkan kemarahan yang begitu besar dari kakaknya hingga Esau berikrar membunuh Yakub (Kej. 27:41-42).  Yakub harus melarikan diri dari kakaknya dan meninggalkan ayah serta ibunya.

Akhirnya peristiwa tersebut berselang lama.  Namun bagaimana dengan perseteruan di antara mereka?  Hal pertama yang dapat kita lihat adalah Yakub menunjukkan sebuah sikap untuk membuka rekonsiliasi.  Ketika Yakub berada di Mahanaim, dia menyuruh utusan pergi mendapati Esau di kediamannya di Seir (Kej. 32:2-3).  Yakub juga menunjukkan sebuah sikap merendahkan dirinya ketika bertemu dengan Esau (33:3).  Sebuah rekonsiliasi dan pengampunan perlu dimulai dengan kebesaran hati berinisiatif untuk membereskan masalah yang pernah terjadi.  Sikap rendah hati juga menjadi kunci agar rekonsiliasi dapat terjadi.

Hal kedua yang kita lihat adalah keterlibatan Tuhan di atas rekonsiliasi.  Dalam pergumulan untuk bertemu dengan Esau, dapat terlihat bagaimana Yakub berkali-kali bergumul di hadapan Tuhan membawa keresahannya.  Yakub berdoa kepada Allah pada Kejadian 32:9-12, dan bergumul hebat dengan Allah dalam Kejadian 32:24-30.  Sikap Esau yang dapat mengampuni adalah sebuah pekerjaan Tuhan yang bekerja di hati Esau.  Rekonsiliasi dan pengampunan bukanlah usaha manusia semata, melainkan campur tangan Allah.  Yesus Kristus menjadi sosok yang memperlihatkan pengampunan dan melakukan rekonsiliasi antara Allah dan manusia ketika Dia mau datang ke dunia dan berkorban bagi manusia.

Pada akhirnya, biarlah setiap permasalahan yang terjadi, khususnya di antara keluarga anak-anak Allah, dapat dibawa ke hadapan Tuhan agar rekonsiliasi dan pengampunan dapat terjadi.  Kita memiliki Allah yang berinisiatif mengampuni manusia, karena itu semangat pemulihan relasi perlu dimiliki oleh setiap orang percaya.

Dibuat oleh: Pdt. Richard Natasasmita

Article by Admin