MENGENAL KEBENARAN SEJATI DARI ALLAH

MENGENAL KEBENARAN SEJATI DARI ALLAH

Filipi 3:4b-16

Filipi 3:4b-16 adalah respons Paulus kepada orang-orang “Kristen Yudais”, sekaligus sebagai pengajaran yang harus dipahami oleh jemaat di Filipi bahwa kebenaran sejati itu bukan didasarkan pada hal-hal lahiriah (ay. 4b-6). Kebenaran sejati itu adalah kebenaran yang Allah anugerahkan di dalam Kristus (ay. 8-9). Jadi, hanya melalui iman kepada Kristus seseorang dapat dibenarkan.

Lalu dengan tahu semuanya ini, apakah seseorang dapat dianggap telah mengenal kebenaran sejati dari Allah? Tentu tidak! Mengapa? Sebab dari kesaksian Paulus, tidak cukup sekadar tahu atau sampai pada dibenarkan Allah. Tetapi orang yang ingin mengenal kebenaran, ia juga harus:

Pertama, membangun relasi yang erat dengan Kristus.

Kata “mengenal” dalam ayat 10 menunjukkan arti pengenalan yang bukan sekadar kenal atau tahu, tapi sungguh-sungguh kenal sebagai hasil dari terjalinnya relasi yang erat satu sama lain. Maka ketika Paulus berkata ingin mengenal Kristus, itu bukan berarti Paulus belum kenal atau baru mau mengenal tetapi pengenalan itu sudah dimulai saat ia mengalami perjumpaan dengan Kristus (bnd. Kisah 9:5), bertobat dan dibenarkan, sehingga ia dipersatukan dan menjalin relasi yang erat dengan Dia dan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Pertanyaannya bagi kita sekarang adalah: Sebagai orang yang telah dibenarkan dan dipersatukan dengan-Nya, apakah kita sungguh memiliki relasi yang erat dengan Kristus?

Kedua, menjadi serupa dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya.

Paulus tidak berhenti hanya pada mengenal Kristus, tetapi ia juga ingin mengenal lebih lagi akan kuasa kebangkitan-Nya dan bersekutu dalam penderitaan-Nya, di mana ia menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. Dari pernyataan Paulus ini, apa sebenarnya yang ia ingin sampaikan?

  1. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah dua hal yang tak terpisahkan dalam mewujudkan karya keselamatan Kristus bagi manusia. Maka Paulus menghendaki bahwa setiap orang percaya (termasuk dirinya), mutlak harus memiliki pengenalan yang benar akan kedua hal itu.
  2. Kematian Kristus adalah kematian bagi dosa sedangkan kebangkitan Kristus adalah kemenangan atas dosa. Jadi seperti keyakinan Paulus, ketika seseorang dibenarkan dan dipersatukan dengan Kristus, maka ia juga akan mengalami kuasa kebangkitan Kristus yang memampukannya untuk menjalani hidup yang baru dan yang berkenan kepada-Nya.

Namun demikian untuk dapat mengalami kuasa itu, kita juga harus mati terhadap dosa. Mengapa demikian? Karena kita bukan hanya dipersatukan dalam kebangkitan-Nya tetapi juga kematian-Nya. Maka kematian Kristus bagi dosa, kita harus pahami sebagai kematian dari natur keberdosaan manusia lama kita dalam segala bentuknya. Inilah sesungguhnya yang dimaksud Paulus dalam ayat 10.

Tanpa menjadikan kematian Kristus sebagai kematian kita terhadap dosa, maka kita tidak akan memahami apalagi mengalami kemenangan atas dosa karena kuasa kebangkitan-Nya. Ini memang bukan perkara mudah dan instan, Paulus sendiri masih terus mengusahakannya. Namun jika kita sungguh ingin mengenal kebenaran sejati dari Allah, maka sesulit apapun jalan untuk merespons panggilan surgawi itu sungguh layak untuk kita tempuh!

Dibuat oleh: Pdt. Widianto Yong

Article by Admin