MURID KRISTUS DAN PERGAULANNYA

MURID KRISTUS DAN PERGAULANNYA

Mazmur 1

Manakah yang kita lebih suka, melihat tanaman yang bertumbuh subur atau tanaman yang layu? Rasanya kita akan lebih memilih tanaman yang bertumbuh dengan baik dan subur, bukan? Tapi tahukah kita bahwa tanaman yang bertumbuh dengan baik dan subur membutuhkan usaha yang disiplin dan konsisten. Tanaman yang dirawat dengan baik hasilnya pasti akan berbeda dengan tanaman yang tidak dirawat dengan baik.

Demikian juga dengan kehidupan rohani kita sebagai murid Kristus. Apa yang akan terjadi jika sebagai murid Kristus, kita tidak konsisten dan disiplin merawat kehidupan rohani kita? Kita pasti akan mengalami “degradasi spiritual.”

Mazmur 1:1 dimulai dengan pemazmur memberikan gambaran mengenai proses degradasi spiritual yang dialami seseorang. Coba perhatikan tiga tahap dalam ayat ini:

  • Berjalan dalam nasihat orang fasik
  • Berdiri di jalan orang berdosa
  • Duduk di kumpulan pencemooh

Tiga tahap ini secara sekilas terlihat konsisten, bukan? Tapi sayang konsistensi untuk jalan yang keliru. Ketiga tahap ini menunjukkan bagaimana seseorang yang awalnya hanya mendengarkan nasihat yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, lama-lama menjadi bagian dalam hidupnya, dan akhirnya bergaul erat dengan mereka yang menolak Tuhan. Nasihat orang fasik artinya pandangan orang-orang yang menolak Tuhan. Ketika kita tidak berakar dalam firman Tuhan dan membiarkan diri kita larut dalam pergaulan dengan orang fasik dan nasihat-nasihatnya yang bertentangan dengan firman Tuhan, Timothy Keller berkata, “If you are not rooted in God’s Word, culture will shape and define who you are.” Peringatannya, jalan hidup orang fasik yang cenderung mengarah kepada budaya dunia dan menyepelekan Tuhan itu diibaratkan seperti sekam yang tidak akan bertahan lama (Maz. 1:4).

Sementara, orang benar digambarkan sebagai seseorang yang bukan hanya tidak berjalan, berdiri dan duduk bersama orang fasik, tetapi ada sesuatu yang berbeda yang dihidupi oleh orang benar. Apa itu? Di ayat 2-3 pemazmur memberikan gambaran bahwa orang benar adalah mereka yang diberkati sebagai orang-orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Kata “merenungkan” (ay. 2) berasal dari bahasa Ibrani הָגָה (hāgâ), kata ini memiliki arti yang dalam, yaitu mengulang, memikirkan dengan intens dan serius, dan menjadikan firman itu bagian dalam hidupnya. Orang yang hidup dalam firman Tuhan digambarkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, apa buktinya?

  • Kokoh: Tidak mudah goyah
  • Selalu segar: Tidak layu
  • Produktif: Berbuah pada waktunya

John Piper berkata, “God’s Word is the river that brings new strength to a thirsty soul.” Bukankah Yesus sendiri adalah wujud firman Allah yang hidup? Dalam Yohanes 15:5, Tuhan Yesus berkata, “Akulah pokok anggur, dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak.” Maka tinggallah di dalam Kristus, jadikanlah firman-Nya itu sebagai “makanan rohani” yang sangat kita butuhkan setiap saat. Tidak cukup hanya membaca Alkitab pada hari Minggu saja—kita perlu merenungkan dan menghidupinya setiap saat. Marilah membangun disiplin dengan waktu doa pribadi, membaca firman, dan terlibat dalam komunitas yang saling mendukung dalam pertumbuhan rohani kita.

Dibuat oleh: Sdri. Septiani Dina