PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN

PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN

Lukas 19:1-10

Pernahkah kita mendengar lagu ini, “Sedikit demi sedikit, tiap hari tiap sifat, Yesus mengubahku.  Sejak ku t’rima Dia, hidup dalam anugerah-Nya, Yesus mengubahku”?  Lagu yang sederhana, namun bermakna dalam.  Lirik lagu ini mengingatkan kita akan tugas dan panggilan kita sebagai orang-orang percaya, yaitu bukan hanya menerima surga tapi ada perubahan hidup yang nyata.  Dari kehidupan yang berdosa, menuju kehidupan yang mulia di dalam Kristus.

Entah apa yang melatarbelakangi keputusan Zakheus untuk menjadi seorang kepala pemungut cukai.  Mungkin kekayaan dan kenyamanan hidup menjadi alasan yang kuat (ay. 2), meskipun ia harus hidup dibenci dan dimusuhi oleh orang banyak karena pekerjaannya itu.  Pemungut cukai adalah pekerjaan rendahan di mata orang Yahudi karena mereka bekerja untuk Roma (penjajah Israel waktu itu) dan sering kali mereka memungut lebih dari biaya yang seharusnya.  Inilah mengerikannya kuasa dosa bagi manusia.  Dosa menggelapkan mata rohani seseorang, hingga ia berani melakukan hal-hal amoral dan menganggapnya sebagai suatu kewajaran.

Berawal dari rasa penasarannya tentang siapa Yesus yang sering ia dengar, Zakheus berusaha keras untuk melihat dan mendengar pengajaran-Nya (ay. 3-4).  Namun, satu hal yang Zakheus tidak tahu adalah Yesus memang sudah berencana untuk bertemu dan menumpang di rumahnya.  Di ayat 1 kita membaca, “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.”  Bagian ini menarik untuk kita perhatikan bahwa Yesus sebenarnya sedang menuju Yerusalem untuk kemudian dielu-elukan di atas seekor keledai (Luk. 19:28-44).  Jarak antara Yerusalem dan Yerikho sekitar 19 km dan Yesus dengan sengaja melewati kota itu untuk menjumpai Zakheus.  Ini memperlihatkan kepada kita bagaimana hati Allah kepada orang berdosa.  Memang dosa membuat Allah dan manusia terpisah, tapi Ia selalu berinisiatif untuk mencari, menjumpai, dan menyelamatkan mereka.

Perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus ternyata membawa pemulihan dan pertobatan yang radikal dalam dirinya.  Sebagaimana hanya suatu alasan yang kuat yang membuat Zakheus begitu yakin menjalani pekerjaannya yang dibenci masyarakat, maka diperlukan alasan yang kuat pula untuk bisa mengubah sikap dan pemikirannya.  Dan, Pribadi Yesus dengan segala penerimaan serta kasih-Nya itulah yang menggerakkan hati Zakheus untuk berubah dari cara hidup yang berdosa.  Zakheus bertekad untuk menjual setengah harta miliknya untuk orang miskin, dan mengembalikan empat kali lipat orang yang pernah diperasnya (ay. 8).  Ini adalah bukti bahwa fokus Zakheus sekarang bukan lagi kekayaan dan kenyamanan hidup, melainkan kesenangan dan kemuliaan Allah.

Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa pertobatan yang sejati di dalam Kristus tidak hanya berhenti pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, melainkan harus diikuti dengan suatu perubahan atau transformasi hidup yang nyata dalam tingkah laku, perkataan, dan sikap hidup.  Maka, bagaimana dengan hidup kita hari ini yang mengaku sebagai pengikut Kristus?  Apakah kita masih senang dengan cara hidup yang berdosa dan menganggapnya sebagai kewajaran?  Ataukah kita sudah bersungguh-sungguh melakukan firman Tuhan di dalam hidup kita?

Kiranya kasih dan penerimaan Kristus melingkupi setiap hati kita, hingga kita menyerahkan diri sepenuhnya di hadapan Allah.  Dan, kiranya Roh Kudus menolong setiap kita menghidupi firman-Nya dalam keseharian kita.  Amin.

Dibuat oleh: Sdri. Paula Ch. Mulyatan

Article by Admin