SURGA BERSUKACITA KARENA PERTOBATAN

SURGA BERSUKACITA KARENA PERTOBATAN

Lukas 15:1-10

Kehilangan sesuatu, apalagi yang berharga, tentu akan menimbulkan perasaan sedih.  Namun ketika hal berharga yang hilang tersebut didapatkan kembali, dapat dibayangkan akan menimbulkan sebuah perasaan sukacita.  Keadaan inilah yang sedang digambarkan oleh Tuhan Yesus ketika menceritakan perumpamaan domba yang hilang serta dirham yang hilang.  Tuhan Yesus sedang menyatakan sebuah kesukacitaan di sorga karena seorang berdosa yang tadinya terhilang namun kini telah bertobat.  Sukacita Allah akan jiwa yang bertobat juga perlu dimiliki oleh setiap kita sebagai umat Allah.  Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan agar memiliki sukacita yang sama ketika seseorang kembali kepada Tuhan.

Pertama, kita perlu memiliki beban dan “rasa kehilangan” ketika ada seseorang yang hidup jauh atau meninggalkan Tuhan.  Kita tidak akan memiliki rasa sukacita atas pertobatan seseorang jikalau kita tidak merasa kehilangan sesuatu atas kehidupan mereka yang jauh dari Tuhan.  Kita perlu memiliki beban dan belas kasihan atas kondisi mereka yang hidup jauh dari Tuhan.  Tengoklah sekitar kita, atau di komunitas kita berada, berapa banyak kita mendengar mereka yang hidupnya jauh dari Tuhan?  Kita dapat mulai menaruh beban “keterhilangan” mereka dengan mulai mendoakan mereka.  Kita juga dapat belajar berempati dengan kondisi keterhilangan mereka ketika kita coba mendengar cerita-cerita pergumulan mereka.  Di sana kita mungkin akan mendapatkan sebuah jeritan hati yang sebenarnya merindukan sebuah harapan dan pengampunan.  Ketika di hati kita timbul belas kasihan kepada mereka yang hidup jauh dari Tuhan, maka kita akan sangat merindukan kembalinya mereka dalam hidup bersama Tuhan.

Kedua, kita perlu menghargai nilai setiap jiwa terlepas status dan keadaan mereka.  Dalam perumpamaan tersebut, nilai dari milik yang hilang itu tidak dihitung berdasarkan ukuran matematis.  Pemilik domba tidak berhitung bahwa dia hanya hilang 1/100 (seperseratus) dari dombanya, atau pemilik dirham menghitung kehilangan 1/10 (sepersepuluh) dari dirhamnya.  Jika demikian halnya, maka tentu rasa sukacita si pemilik itu akan bergantung pada besar atau kecil nilai kerugian yang ada.  Namun si pemilik mencintai setiap domba dan dirham yang dimilikinya, karena itu selalu ada rasa sukacita ketika yang hilang itu ditemukan.  Allah juga demikian.  Dia tidak menghitung kehilangan manusia berdasarkan ukuran matematis atau nilai-nilai keuntungan tertentu.  Apakah yang tersesat itu sebuah bangsa yang berpenduduk banyak, atau sebuah suku terpencil yang hampir punah, apakah orang tersebut adalah tokoh ternama yang punya banyak follower, atau seorang gelandangan yang tidak dipedulikan orang, semua sama berharga di mata Tuhan.  Hati yang mengasihi dan melihat semua jiwa berharga di mata Tuhan adalah sikap hati yang perlu kita miliki.  Kita dapat mulai belajar menghargai nilai setiap jiwa dengan menghargai siapapun yang ada di sekitar kita, bukan saja mereka yang kita kagumi, namun juga orang-orang yang sederhana dan sering luput dari perhatian kita.  Kita dapat belajar mengenal dan berinteraksi dengan mereka.

Ketiga, kita perlu berusaha mencari dan mendapatkan kembali mereka yang hidup jauh dari Tuhan.  Di dalam perumpamaan tersebut, pemilik dari domba dan dirham itu memiliki sebuah kesamaan yaitu berusaha keras menemukan milik mereka yang hilang.  Kita tentu tidak akan berdiam diri jika kehilangan sesuatu yang berharga bagi kita.  Kita cenderung akan berusaha sekeras mungkin untuk menemukannya.  Begitu pula yang harusnya dilakukan oleh gereja.  Gereja Tuhan harus terus bergandengan tangan, memiliki hati bagi mereka yang terhilang dan berusaha untuk menjangkau mereka.  Panggilan kita sebagai gereja Tuhan adalah senantiasa mencari mereka yang terhilang, berusaha keras menjangkau mereka yang hidupnya jauh dari Tuhan.  Kita dapat mulai berusaha dengan memperlengkapi diri kita, baik itu memperdalam berita Injil, cara berkomunikasi yang baik, atau belajar metode-metode pendekatan, atau juga membangun komunitas yang memiliki proyek/misi penjangkauan bersama.

Kiranya kita senantiasa memiliki hati yang mengasihi dan merindukan jiwa-jiwa terhilang untuk kembali kepada Tuhan.

Dibuat oleh: Pdt. Richard Natasasmita

Article by Admin