Author: Admin

BERSABAR DALAM PENDERITAAN

BERSABAR DALAM PENDERITAAN

Yakobus 5:7-11

Ketika mengalami penderitaan apapun itu, maka reaksi yang ditunjukkan seseorang bisa saja berbeda satu sama lain. Tetapi harus diakui, umumnya tidak ada orang yang suka dengan penderitaan. Namun suka atau tidak, penderitaan pasti akan dialami dan harus siap dihadapi oleh siapapun termasuk orang percaya. Dari perikop Yakobus 5:7-11 ini, bagaimana sepatutnya penderitaan itu disikapi?

1. Jangan fokus pada masalahnya, tetapi pada cara menghadapinya.

Yakobus konsisten menekankan agar orang percaya tidak terfokus pada masalah yang dihadapi, tetapi pada sikap dan tindakan yang patut diambil untuk menghadapinya (bnd. Yakobus 1:2-8, 12-18).  Apa yang diuraikan Yakobus dalam nasehatnya tidak bicara tentang penderitaan itu secara spesifik, tetapi ia justru mengajak mereka untuk menunjukkan dan mengembangkan sikap yang benar dalam menghadapi penderitaan, yakni:

a. Bersabar dalam penderitaan.

Kata “bersabarlah” maksudnya orang percaya diperintahkan untuk menunjukkan kesabaran meski menanggung penderitaan – apakah itu terhadap situasinya juga terhadap orang yang menyebabkannya sampai kedatangan Kristus yang kedua kali yang seorangpun tidak tahu kapan itu terjadi. Karena itu sikap sabar harus terus dibangun dan dikembangkan.

b. Teguhkan hati untuk tetap percaya.

Dalam menghadapi penderitaan, mungkin saja orang percaya menjadi goyah. Memang mereka diperintahkan untuk bersabar, tetapi tidak semua orang punya keteguhan hati yang sama. Karena itu, mereka didorong untuk tetap teguh dan setia berpegang pada iman karena Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya untuk menolong umat-Nya.

c. Jangan berkeluh kesah agar tidak saling menyalahkan.

Kata “jangan” di depan kata “bersungut-sungut” artinya larangan yang bersifat terus-menerus. Mengapa dilarang bersungut-sungut? Karena orang yang berkeluh kesah tidak akan membangun siapapun, malah bisa saling menyalahkan atau menjatuhkan. Dan karenanya, maka penghakiman juga akan berlaku bagi mereka yang tidak menjaga perkataannya (bnd. Yak. 3:1-12; 4:11-12). Biarlah yang diucapkan adalah mazmur, kidung pujian, nyanyian rohani (bnd. Ef. 5:19).

2. Kesabaran dan ketekunan akan menuai berkat dan pemulihan.

Pertanyaannya, mengapa orang percaya harus bersabar, meneguhkan hati dan tidak bersungut-sungut dalam menghadapi penderitaan? Alasannya ialah :

  1. Karena apa yang ditabur itu juga yang dituai, maksudnya sikap dan tindakan kita selalu mengandung konsekuensi. Jika yang ditunjukkan cenderung negatif, maka hasil yang dituai juga sama. Sebaliknya, jika yang nampak adalah kesabaran, keteguhan hati dan tidak berkeluh kesah maka yang dihasilkan adalah berkat dan pemulihan
  2. Karena para nabi, Ayub juga menunjukkan sikap yang sama dalam menghadapi penderitaan. Merekapun mengalami hal yang sama, artinya kita tidak sendirian menghadapi penderitaan. Tetapi yang lebih penting adalah teladan yang mereka tunjukkan dalam kesabaran, keteguhan hati dan ucapan bibir saat mengalami penderitaan sampai akhirnya mereka mengalami berkat dan pemulihan dari Tuhan.
  3.  
MENANTI TUHAN DENGAN BIJAK

MENANTI TUHAN DENGAN BIJAK

Roma 13:8-14

Menanti adalah kegiatan yang paling membosankan dan tidak menyenangkan. Jujur kalau bisa memilih, kemungkinan besar kita akan menghindarinya apalagi jika yang ditunggu tidak ada kepastian sehingga kita merasa sia-sia sudah menanti.

Dalam Minggu Adven ke-2 kita diingatkan untuk menanti dengan bijak Hari Tuhan walau memang kita tidak tahu waktunya tetapi itu pasti terjadi, karena dari awal sudah dikatakan dalam Matius 24:36, “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.”

Bacaan hari ini, rasul Paulus menegaskan kepada jemaat di Roma bahwa keselamatan semakin dekat. Hal ini ditekankan dalam ayat 11b, 12a dengan kata-kata, “saatnya telah tiba/bangun dari tidur/telah hampir siang” menunjukkan waktu sudah mendesak sehingga jemaat diminta untuk:

1. Menanti bijak dengan menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan yaitu: berhutang (yang tidak bertanggung jawab), berzina, membunuh, mencuri, mengingini, pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati, merawat tubuh untuk kepuasan diri (ay. 8, 9, 12, 13, 14).

2. Menanti bijak dengan mengenakan perlengkapan senjata terang yaitu mengenakan Tuhan Yesus Kristus sehingga kehidupan yang dijalani dipenuhi dengan kasih Tuhan, sehingga Tuhan dipermuliakan dalam kehidupan kita dan menjadi berkat bagi sesama (ay. 8, 10, 14).

Hidup ini adalah sebuah kesempatan yang diberikan Tuhan, tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama kesempatan itu. Tetapi yang pasti, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang kita lakukan selama hidup di dalam masa penantian ini, walau tidak mudah dan butuh pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, bahkan dana. Dalam anugerah Tuhan marilah kita berjuang untuk hidup menjadi orang baik, benar dan menjadi berkat. Dengan mengenakan Yesus Kristus sebagai senjata terang, maka kita memperoleh kekuatan, kemampuan dan sukacita  menjadi saluran kasih Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Dibuat oleh: Pdt. Relly Rajagukguk