Year: 2023

HAMBAMU INI MENDENGAR

HAMBAMU INI MENDENGAR

1 Samuel 3 : 1 – 10

Nas hari ini adalah tentang Samuel yang masih muda menjadi pelayan Tuhan, di bawah pengawasan Imam Eli (1).  Pada suatu saat Samuel tidur di dalam bait suci, terdengarlah suara memanggilnya: Samuel Samuel dan ia menjawab Ya Bapa (3-4).

Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta berkata: Ya Bapa, bukankah bapa memanggil Aku? Tetapi Eli berkata, Aku tidak memanggilmu, tidurlah kembali (5).  Kejadian itu terjadi sampai tiga kali, lalu mengertilah Imam Eli bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu (8).  Setelah itu Eli menyuruh Samuel untuk pergi tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar, maka pergilah Samuel dan tidurlah ia ditempat tidurnya (9).  Lalu datanglah Tuhan memanggil seperti yang sudah-sudah dan Samuel menjawab: Berbicaralah, sebab hambaMu ini mendengar (10).

Melalui nas di atas kita dapat mempelajari tentang: respon dan sikap yang benar, terhadap Firman Tuhan, yaitu: Dengan penuh rasa hormat, kerendahan hati dan keterbukaan kepada Firman Tuhan.  Yesaya 50: 4: “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.  Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”

Mengapa Tuhan tidak berbicara kepada Imam Eli? Karena Tuhan sudah tidak mempercayainya lagi.  Oleh karena itu Tuhan berbicara kepada Samuel tentang masalah Imam Eli (mentor Samuel) yang aktif di bait Allah tetapi tidak dapat mendidik anak-anaknya (13), akibatnya di ayat (14) dituliskan “Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya”.

Bulan Juli adalah bulan Liturgi Gereja Kristus yang di dalam ibadahnya menggunakan pola liturgi 4 langkah:

  • Jemaat berkumpul > dari awal penyerahan Alkitab sampai sebelum Firman Tuhan ….
  • Tuhan berbicara > pemberitaan Firman Tuhan – mendengar pesan Tuhan ….
  • Jemaat menanggapi dan memberi respon > doa saat teduh, pengakuan Iman, persembahan, pengucapan syukur.
  • Jemaat diutus ke dalam dunia.

Diharapkan melaluinya umat dapat berdialog, mendengar dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan serta mengalami ibadah sejati.

Berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dengan benar.  Namun lebih berbahagia yang dapat melakukan Kebenaran Firman Tuhan dengan setia. Yakobus 1: 22: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”

Dibuat oleh: Pdt. Setiawan Sutedjo

SIAPAKAH YANG DAPAT NAIK KE GUNUNG TUHAN

SIAPAKAH YANG DAPAT NAIK KE GUNUNG TUHAN

Mazmur 24:1-10

Apa itu “Liturgi” dalam ibadah?  Mungkin banyak di antara kita yang berpendapat liturgi adalah tata cara ibadah, atau alur ibadah yang disusun supaya ibadah bisa berjalan dengan baik dan tertib.  Hal tersebut tidaklah salah, tapi belum sepenuhnya tepat.  Kita sepakat bahwa liturgi atau susunan ibadah bukanlah pertunjukan sekelompok pelayan Tuhan dengan karunia atau talenta musik, menyanyi dengan suara yang hebat, yang disaksikan oleh jemaat-jemaat yang hadir dalam ibadah Minggu.  Melainkan, melalui liturgi, setiap tahapan dirancang sebagai dialog yang berbalas-balasan antara Tuhan dengan jemaat-Nya, melalui perantara pemimpin ibadah.

Dalam ibadah orang Israel, mereka sering kali menggunakan mazmur sebagai puji-pujian mereka.  Sang pemimpin ibadah akan mengajak jemaat untuk masuk ke dalam hadirat Allah, yang sekarang kita maknai sebagai “Panggilan Beribadah” dan “Votum Salam” di liturgi Sinode Gereja Kristus.  Sang pemimpin ibadah akan mengingatkan umat tentang siapa Allah yang mereka sembah hari itu.  Ia adalah Allah Sang Pencipta dan Sang Pemilik alam semesta ini (ay. 1-2).  Kepada Allah yang Maha besar ini, maka sang pemimpin ibadah akan mengundang respons dari jemaat yang hadir dalam ibadah, “Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan?  Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” (ay. 3).

Di sini sang pemimpin ibadah menyadari bahwa kedatangan umat ke rumah Tuhan bukan hanya rutinitas ibadah semata, melainkan keseluruhan hidup 24 jam 7 hari yang memuliakan Allah.  Mereka yang boleh naik ke gunung Tuhan dan berdiri di tempat-Nya yang kudus adalah mereka yang bersih tangannya, murni hatinya, yang menjaga diri dari penipuan dan tidak bersumpah palsu, serta mereka yang selalu mencari wajah Tuhan di hidup mereka (ay. 4-6).  Hal ini bisa kita maknai sebagai “Nas Pembimbing,” “Hukum Tuhan,” serta “Pengakuan Dosa” di liturgi Sinode Gereja Kristus.  Pertanyaannya adalah siapakah di antara kita yang bisa memenuhi semua syarat dan ketentuan di atas?  Tidak ada seorangpun yang bisa menghadap kekudusan Allah.  Tidak ada.  Kesadaran akan Pribadi Allah yang Maha kudus, membawa umat mengakui dengan kerendahan hati bahwa dirinya yang berdosa tidak layak masuk dalam hadirat Allah.

Syukur kepada Allah, Ia penuh rahmat dan belas kasihan.  Pemazmur kembali mengajak umat untuk mengangkat kepala dan hati mereka untuk menyambut kedatangan Sang Raja Kemuliaan, yaitu Allah Penguasa alam semesta ini (ay. 7-10).  Inilah momen “Berita Anugerah,” “Pujian Syukur,” dan “Petunjuk Hidup Baru” di liturgi Sinode Gereja Kristus.  Allah yang baik itu tidak pernah menyerah menyatakan anugerah kepada umat-Nya yang sungguh-sungguh bertobat dan berkomitmen mengubah perilakunya.  Terlebih lagi, Sang Raja Kemuliaan bersedia masuk dan hadir di tengah-tengah ibadah umat-Nya.  Inilah keindahan ibadah orang Kristen, yaitu kehadiran Allah yang nyata dan terjamin melalui pengorbanan Kristus yang telah membuka jalan masuk untuk kita bersekutu dengan Allah Bapa.  “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibr. 10:22).

Jemaat kekasih Kristus, mari kita memaknai ulang ibadah yang setiap minggu kita lakukan, secara khusus bagian “menghadap Tuhan” dengan penuh kesungguhan.  Mungkin kita meremehkan kehadiran kita di gereja hanya sebagai absen setiap minggu, padahal untuk bisa menghadap Tuhan saja ada darah yang harus tercurah di salib untuk menguduskan kita.  Selain itu, mari kita menjaga hidup benar bukan cuma 1 jam di hari Minggu saja, melainkan hidup benar 24 jam 7 hari di rumah, di kantor, di manapun Tuhan tempatkan kita.  Kiranya Roh Kudus menolong kita semua.  Amin.

Dibuat oleh: Sdri. Paula Ch. Mulyatan

SATU IBADAH, SATU HATI

SATU IBADAH, SATU HATI

1 Korintus 14:26-40.

Peribahasa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” mau mengatakan bahwa kesatuan itu penting di dalam kehidupan ini. Jika ada kesatuan maka akan kuat dan tertib, tetapi jika terjadi perpecahan tidak akan kuat, kacau, terpisah-pisah bahkan bisa mengalami kehancuran. Read More

PERAN PEMIMPIN ROHANI

PERAN PEMIMPIN ROHANI

Ibrani 13:17, Yeremia 3:15

Penulis kitab Ibrani dan juga nabi Yeremia, adalah dua orang pelayan Tuhan yang hidup pada zaman yang berbeda. Tetapi ada hal yang menjadikan mereka sama, yaitu mereka melayani umat TUHAN yang dalam kondisi dan situasi yang sangat sulit. Read More

JANGAN MENOLAK INJIL!

JANGAN MENOLAK INJIL!

2 KORINTUS 4:1-5

Injil adalah Kabar Baik tentang karya Kristus bagi keselamatan manusia, namun ironisnya sampai hari ini masih banyak orang tetap ragu untuk menerimanya. Atau kalaupun “menerima”, belum tentu mereka sungguh mengimani dan menghidupinya. Mengapa? Tentu ada banyak alasan yang mendasari orang bersikap demikian. Read More

SAKSI KEBENARAN ALLAH

SAKSI KEBENARAN ALLAH

1 Yohanes 1:1-4

Apa itu “Saksi”?  Orang yang melihat dan mengalami sendiri suatu peristiwa (kejadian), bukan yang mengada-ada.  Bila orang itu menyampaikan sesuatu yang dia tidak ketahui atau mengada-ada maka dia adalah saksi palsu.

Latar Belakang nas kita hari ini adalah nasihat dan ajaran Yohanes untuk orang percaya bagaimana menghadapi guru-guru palsu.  Hal ini terlihat dalam 1 Yohanes 2:22-23, “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.”  Melalui tulisannya, Yohanes bukan hanya mau menghantar jemaat kepada Kristus, tetapi ia ingin juga membina mereka dalam langkah-langkah pertumbuhan rohani mereka (Pemuridan).

YOHANES SEBAGAI SAKSI MATA: (ayat 1, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman Hidup—itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”)

Jelas sekali bahwa Yohanes menjadi saksi kebenaran Allah karena ia mengetahui sendiri peristiwa kejadian hidup Yesus, bukan mengada-ada.  Apa yang Yohanes saksikan adalah Firman yang hidup, Firman yang menjadi daging/manusia, yang sudah ada sejak permulaan, yang adalah Kebenaran.  Bandingkan dengan Yohanes 14:6, “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, tidak ada yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

TUJUAN KESAKSIAN KRISTIANI: (ayat 3, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”)

Persekutuan Kristen adalah persekutuan horizontal dan vertikal yang sejalan dengan salib, serta bersifat intim dan kekal.

MOTIVASI KESAKSIAN: (ayat 4, “Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.”)

Alkitab TB 2; 2023 mengatakan, “… Supaya sempurnalah sukacita kita.  Motivasi kesaksian Yohanes dalam pelayanannya bukan untuk kepentingan dan “kemuliaan” diri sendiri, tetapi untuk kemuliaan nama Tuhan dan orang yang ia layani mendapat pengajaran yang benar serta bertumbuh di dalam Kristus. Untuk itulah Yohanes dapat bersukacita bersama-sama dengan orang percaya lainnya.  Sukacitanya juga di dalam Kristus!  Biarlah motivasi yang sama juga mendorong kita untuk menjadi saksi-saksi kebenaran Allah.

Tuhan Yesus memberkati!

Dibuat oleh: Pdt. Setiawan Sutedjo