Author: Admin

MENANTI TUHAN DENGAN BIJAK

MENANTI TUHAN DENGAN BIJAK

Roma 13:8-14

Menanti adalah kegiatan yang paling membosankan dan tidak menyenangkan. Jujur kalau bisa memilih, kemungkinan besar kita akan menghindarinya apalagi jika yang ditunggu tidak ada kepastian sehingga kita merasa sia-sia sudah menanti.

Dalam Minggu Adven ke-2 kita diingatkan untuk menanti dengan bijak Hari Tuhan walau memang kita tidak tahu waktunya tetapi itu pasti terjadi, karena dari awal sudah dikatakan dalam Matius 24:36, “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.”

Bacaan hari ini, rasul Paulus menegaskan kepada jemaat di Roma bahwa keselamatan semakin dekat. Hal ini ditekankan dalam ayat 11b, 12a dengan kata-kata, “saatnya telah tiba/bangun dari tidur/telah hampir siang” menunjukkan waktu sudah mendesak sehingga jemaat diminta untuk:

1. Menanti bijak dengan menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan yaitu: berhutang (yang tidak bertanggung jawab), berzina, membunuh, mencuri, mengingini, pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati, merawat tubuh untuk kepuasan diri (ay. 8, 9, 12, 13, 14).

2. Menanti bijak dengan mengenakan perlengkapan senjata terang yaitu mengenakan Tuhan Yesus Kristus sehingga kehidupan yang dijalani dipenuhi dengan kasih Tuhan, sehingga Tuhan dipermuliakan dalam kehidupan kita dan menjadi berkat bagi sesama (ay. 8, 10, 14).

Hidup ini adalah sebuah kesempatan yang diberikan Tuhan, tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama kesempatan itu. Tetapi yang pasti, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang kita lakukan selama hidup di dalam masa penantian ini, walau tidak mudah dan butuh pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, bahkan dana. Dalam anugerah Tuhan marilah kita berjuang untuk hidup menjadi orang baik, benar dan menjadi berkat. Dengan mengenakan Yesus Kristus sebagai senjata terang, maka kita memperoleh kekuatan, kemampuan dan sukacita  menjadi saluran kasih Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Dibuat oleh: Pdt. Relly Rajagukguk

KOBARKANLAH KARUNIA ALLAH DALAM PELAYANAN

KOBARKANLAH KARUNIA ALLAH DALAM PELAYANAN

2 Timotius 1:1-18

Paulus memulai tulisannya pada bagian ini dengan menyatakan bahwa ia adalah rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus. Tulisannya ditujukan kepada Timotius yang ia sebut sebagai anakku yang kekasih. Timotius adalah anak rohani dari rasul Paulus.

Paulus mengirim Tikhikus untuk menggantikan Timotius di Efesus, sehingga Timotius dapat bersama Paulus di Roma. Hal ini dilakukan karena Paulus sedang mempersiapkan Timotius untuk menggantikannya sebagai penerus pelayanan, sebagai pemimpin rohani jemaat. Pelayanan ini tidak mudah, oleh sebab itu Paulus menyampaikan beberapa hal penting kepada Timotius:

  • Doa Paulus: Ia mengucap syukur kepada Allah, dan mengingat Timotius dalam doa siang dan malam, dan terkenang akan air mata yang dicurahkan.
  • Paulus mengingat anak rohaninya sebagai generasi penerus yang memiliki iman. Iman yang hidup mulai dari neneknya, Lois dan di dalam ibunya, Eunike. Paulus yakin iman itu juga hidup di dalam diri Timotius.
  • Paulus mengingatkan akan karunia Allah yang telah diberikan kepada Timotius untuk melayani. Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
  • Jadi jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita dan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
    Pusat pemberitaan adalah Yesus Kristus, yang telah memanggil kita bukan berdasarkan perbuatan, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri. Yesus adalah
  • Juruselamat kita. Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
  • Untuk Injil inilah Paulus ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.
  • Peganglah segala sesuatu yang telah didengar sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Dalam bagian ini kita melihat bagaimana Paulus selalu menekankan pentingnya karunia Allah, baik bagi dirinya sendiri maupun Timotius, anak rohaninya. Paulus yakin bahwa karunia Allah harus dikobarkan di dalam pelayanan karena itulah yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Pelayanan selalu dimulai dengan kasih Allah, dengan tujuan utama memberitakan Injil keselamatan. Oleh sebab itu jangan berhenti melayani dan bersaksi bagi Kristus. Prinsip pengajaran yang sehat harus dilakukan dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Dengan demikian “kobaran api” pelayanan itu akan terus menyala besar!

Dibuat oleh: Pdt. Martin Elvis